PENENANGAN
JIWA MELALUI TAREKAT NAQSABANDIYAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata
Kuliah : Tasawuf
Dosen
Pengampu : H. Nur Said, MA,M.Ag
Disusun
Oleh :
Nurhidayah
1320310124
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS
JURUSAN
SYARI’AH
2015/2016
A. PENDAHULUAN
Dizaman
yang serba modern ini banyak orang-orang
yang telah lalai dan melupakan apa yang
seharusnya dilakukan dan kebanyakan dari mereka sekarang, bukan hanya lali
dalam kewajibaan banyak orang yang telah melupakan jati dirinya. Untuk itulah
kita perlu lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Agar kita mampu menentukan
jalan terbaik untuk mampu mencapai ke-Ridhoan-Nya.
Untuk
itu saya akan membahas tentang Penenangan Jiwa Melalui Tarekat
Naqsabandiyah. Peanulis ingin
menyamapaikan ajaran-ajarn apa yang mampu didapatkan dari mengikuti tarekat
tersebut, agar nantinya mampu digunakan sebagai bahan untuk pembelajaran para
pembaca agar maenjadi lebih baik dan baik lagi.
Tujuan
dari TQN ( Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah ) sama dengan tujuan islam itu
sendiri, yaitu menuntun manusia agar mendapat ridha dari Allah, sejahtera
didunia dan bahagia di akhirat nanti. Tujuan TQN tergambar dalam mukadimah yang
mesti dibaca oleh setiap ikhwan manakala ia akan melakukan dzikrullah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apapengertian
dari Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah?
2.
ApakahTarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah mampu membawa kita kearah yang lebih baik ?
3.
Bagaimana cara
pengajaran di Tarekat Qadiriyah Naqsabnadiyah?
4.
Mengapa
tarekat qadriyah Naqsabandiyah penting untuk diikuti?
C.
Pembahasan
A.
Pengertian TQN
Tarekat atau Tariqah berarti
“jalan” atau “metode”, dan mengacu pada
aliran keagamaan tasawuf atau sufisme dalam islam. Menurut Al-jurnani Ali bin
Muhammad bin Ali (740-816M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh
salik (para penempuh jalan) menuju Allah SWT melalui tahapan-tahapan atau
maqamat.
Dengan demikian tarekat memiliki dua
pengertian, pertama ia beararti metode pemberian bimbingan siritual kepada
individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan.
Kedua tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi atau (sufi brorherhood) yang
ditandai dengan adanya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqh. Ia
secara konseptual terkait dengan aqidah atau “ kebenaran sejati “ yaitu cita-cita
ideal yang ingin dicapai oleh para pelaku aliran tersebut. Seorang penutut ilmu
agama akan memualai pendekatannya dengan mempelajari hukum islam, yaitu praktik
eksoteris atau duniawi islam, dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan
mistis keagamaan yang berbentuk tariqah. Melalui praktik spiritual dan
bimbingan seorang pemimpin tarekat, calon penghayat tarekat akan berupaya untuk
mencapai aqiqah ( hakikat atau kebenaran hakiki).
Pengertian diatas menunjukan tarekat
sebagai cabang aliran didalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan
pada al-Thoriqah, al-Mu’tabarah, al-Ahadiyyah, tarekat Qadiriyah, Tariqah
Naqsabandiyah.[1]
B. Sikap
setelah masuk TQN
Kata
tarekat berasal dari bahasa arab thoriqoh, jamaknya thoraiq, yang berarti 1)
jalan atau petunjuk 2)metode, system (al-uslub) 3) mazhab, aliran, haluan
(al-mazhab) 4) keadaan (al-halah) 5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung
(a’mud al-mizalah).
Dapat
disimpulkan bahwa TQN atau Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah mengantarkan kita
kejalan yangg lebih dekat kepada Allah, didalam tarekat banyak ajaran-ajaran
yang mengantarkan kita agar kita mampu lebih mencintai akhirat ketimbang
duniawi.
Narasumber
:
Mungkin ketenangan, tapi bukan
berarti terhindar dari masalah lho ya.. tenangnya hati yang saya maksud adalah
tenangnya mengahadapi masalah, karena sesungguhnya masalah yang datang ia
ibaratkan tamu dari Allah untuk kita,
maka dari itu justru kita harus mengambil masalah dengan hati gembira luapan
rasa syukur kita kepada Allah, hakikat tenang , nyaman, dan bahagia ialah saat
Allah mengingatkan kita padanya lewat bencana, musibah, masalah yang menimpa
kita kapan saja dan dimana saja. Alhamdllah kini perjalannku dalma menempuh
hidup penuh dengan nama-Nya, cinta kasih-Nya yang beggitu agung.[2]
C. Bagaimana
cara pengajaran di TQN
1. Amaliyah
Dalam TQN
TQN sebagai sebuh
aliran tasawuf mempunyai amaliah yang khusus, yang sudah barang tentu tidak
akan sama dengan amaliah dalam tarekat lain. Kalaupun ada kesamaan ,
kemungkinan dalam beberapa hal saja karena memang sumber ajaranya sama-sama
dari Rasulullah. Amaliah yang bersifat spiritual ini harus diamalkan oleh siapa
saja yang telah menyatakan diri melalui “talqin” sebagai murid dan ikhwan dari
Guru Mursyid dalam komunitas tarekat termaksud.
2. Dzikir
(Dzikrullah)
Dzikir, secara lughowi
artinya ingat, mengingat atau eling dalam bahasa sunda. Dzikir terbagi dua, ada
dzikir bimakna’an ( dzikir secara umum) dan ada dzikir bimakna khas ( dzikir
dalam khusus ). Dzikir dalam arti yang pertama adalah segala bentuk ketaatan
kepada Allah. Sebagai contoh, shalat adalah dzikir, puasa adalah dzikir, zakat
adalah dzikir, pergi melaksanakan haji ke mekah adalah dzikir, membaca
al-qur’an adalah dzikir dan lain-lain.
Dzikir yang dimaksud dalam TQN dalah dzikir bimakna khas.
Dzikir bimakna khas adalah ‘hudurul Qalbi ma’allah” (hadirnya
hati kita bersama Allah). Dzikir dalam arti khusus ini terbagi dua, yakni dzikir jahr dan dzikir khafi. Dzikir jahr
adalah melafalkan kalimat tayibahyakni “ Lailaha Illallah” secar
lisan dengan suara yang keras dan dengan cara-cara tertentu. Sedangkan dzikir khafi adalah ingat kepada Allah
dengan dzikir ishat saja yaitu
mengingat nama “Allah” secara sirr di dalam hati dengan cara-cara yang
diterangkan dalam talqin.[3]
Orang-orang yang masuk
kedalam tarekat mereka terlebih dahulu di talqin oleh guru mursyid, guru
mursyid akan mentalkin keyakinan kita tentangg tarekat yang akan kita ikuti,
dan jika kita sudah masuk kedalam suatu tarekat, kita musti mengamalkan segala
ajarannya secara sungguh-sungguh.
Narasumber :
Kegelisahan,.. ya saya dulu adalah orang yang sangat gelisah,
setiap hari hati tiada tenang sama sekali, saya kesana kemari mencari
kenyamanan, ketenangan dan kebahagiaan. Kuhabiskan wktu dan umurku hanya untuk
mencari rumah jiwaku (seorang guru yang mampu menuntunku wushuk kepada dzat
yang agung), hingga akhirnya saat umurku 21 tahun tepat ditahun 2012 saya
benar-benar dipuncak kegelisahan yang hebat, putus asa memang jadi tujuanku,
tapi saya salah, karena diwaktu keputusasaanku itulah kaki ini membawaku pada
suatu tempat yang aku sendiri tak tau kenapa bisa sampai ketempat yang tak
peranah kutuju sama sekali, tempat itu adalah tempat para pengamen dan pengemis
( kampung sosial ) disana saya bertemu dengan seseoran pengamen muda, sejak
awal bertemu saya merasa dia hanyalah seorang pengamen yang hanya mencari uang
untuk bekal hidup sehari-hari, namun setelah sya berkenalan dan sedikir bercakap-cakap
dengannya, sya terperangah kaget bbukan main, ternyata dia adalah anggota
jama’ah tarekat K.H. arwani Amin said, jiwanya begitu lembut, budi pekertinya
yang luhur seketika mebungkam mulut saya, saya menangis dan saat itu juga saya
memutuskan untuk masuk kedalam Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah K.H Arwani Amin
Kudus.[4]
D. Mengapa
musti mengikuti TQN
Dizaman
yang serba modern ini kita musti mawas diri akan hal-hal yang mulai masuk
kedalam budaya kita. Untuk itulah kita
disarankan untuk masuk kedalam tarekat, bukan hanya untuk membentengi diri kita
dari hal-hal negatif, tarekat juga digunakan untuk mengontrol hati dan lisan
kita dalam berucap.
Terdapat
tujuh latifah yang menjadi sasaran dalam ajaran TQN terlebih berdzikir, yaitu
sebagai berikut :
1. Latifah
al-Qalb
Nafsu yang ada padanya
adalah 1) al-Laumu : mencaci, 2) al-Hawa : keinginan, 3) al-makr : berbuat
keonaran 4) al-‘Ujb : Ujub, 5) al-Gibah : menceritakan kejelekan
2. Latifah
ar-Ruh.
Adapun nafsu yang
bersarang padanya adalah nafsu al-Mulhimah. Selangkapnya nafsu yang
mengiringnya adalah 1) as-Sakhawah ; sifat dermawan 2) al-Qanaah : merasa puas
dengan apa yang ada 3) al-Hilm : murah hati, 4) at-Tawadhu : renda hati, 5)
at-Taubah : kembali kepada Tuhan, 6) as-Sabr : sabar, 7) at-Tahammulu ; menahan
diri.
3. Latifah
as-Sirr
Nafsu yang ada padanya
dalah al-Muthmainnah. Pasukannya terdiri dari 1) al-Jud : suka berbagi, 2) al-Tawwakal
: Bersrah diri kepada Allah, 3)al-ibadah, 4) as-syukr : berterimakasih. 5)
ar-Ridha ; rela terhadap ketentuan Allah, 6) al-Khoisiyah : takut melawan
larangan Allah SWT.
4. Latifah
al-Khafi
Nafsu yang bertempat
padanya adalah nafsu al-Mardiyyah. Pasukannya terdiri dari : 1) Khusn al-Khulq
: sikap yang baik, 2) Tarku ma Siwallah : Meninggalkan segala sesuatu selain
Allah, 3) al-Lutf i al-Khalq : lemah
lembut kepada makluk, 4) al-Haml ‘ala s-salah : senantiasa mengajak
kemaslahatan, 5) as-Safh ‘an Dzunub al-Gair : Memaafkan terhadap kesalahan
orang lain, 6) al-Mail bi al-Khalq : simpati kepada sesama makluk, 7) al-Hub
ila al-Khalaq : cinta kepada makluk.
5. Latifa
al-akhfa
Nafsu yang ada padanya
adalah nafsu al-Kamilah. Pasukannya terdiri dari : 1) ‘Ilm al-Yaqin, 2) ‘Ain
al-Yaqin, 3) haq al-Yaqin.
6. Latifah
an-nafsi
Nafsu yang ada padanya
adalah nafsu al-ammarah. Pasukannya terdiri dari : 1) al-Bukhl : kikir, 2)
al-Hirs : Tamak/ loba, 3) al-Hasad : dengki, 4) al-Jahl : bodoh, 5) al-Kibr :
sombong, 6) as-Syakhawah : nafsu biologis, 7) al-Gadab : Marah.
7. Latifah
al-Qolab
Nafsu yang bertempat
padanya adalah nafsu radiyah. Pasukannya terdiri dari : 1) al-Karam : mulia, 2)
az-Zuhd : meninggalkan kemewahan, 3) al-Iklas, 4) al-Wara’ : bersikap
hati-hati, 5) ar-Riyadah : berlatih rohani, 6) al-Wafa’ : menepati janji.[5]
Dari ketujuh hal yang telah dijelaskan diatas, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa dengan mengikuti tarekat kita akan mampu mengendalikan segala
nafsu yang adaa didalam hati kita.
Narasumber :
Ketika berjalan diatas
muka bumi ini, berjalanlah dengan rasa, karena rasa itu lebih kuat dari muka
bumi, berjalanlah dengan rasa, dan temukan Tuhan mu dengan rasa itu.[6]
E. Kesimpulan
Tarekat atau Tariqah berarti
“jalan” atau “metode”, dan mengacu pada
aliran keagamaan tasawuf atau sufisme dalam islam. Menurut Al-jurnani Ali bin
Muhammad bin Ali (740-816M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh
salik (para penempuh jalan) menuju Allah SWT melalui tahapan-tahapan atau
maqamat.
Dapat disimpulkan bahwa TQN atau
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah mengantarkan kita kejalan yangg lebih dekat
kepada Allah, didalam tarekat banyak ajaran-ajaran yang mengantarkan kita agar
kita mampu lebih mencintai akhirat ketimbang duniawi. Didalam tarekat diajarkan
berbagai hal tentang dzikir, dzikir yang
dimaksud dalam TQN dalah dzikir bimakna khas. Dzikir bimakna khas adalah
‘hudurul Qalbi ma’allah” (hadirnya hati kita bersama Allah). Dzikir dalam arti
khusus ini terbagi dua, yakni dzikir jahr dan dzikir khafi. Dzikir jahr adalah
melafalkan kalimat tayibah yakni “
Lailaha Illallah” secar lisan dengansuara yang keras dan dengan cara-cara
tertentu. Sedangkan dzikir khafi adalah ingat kepada Allah dengan dzikir ishat
saja yaitu mengingat nama “Allah” secara sirr di dalam hati dengan cara-cara
yang diterangkan dalam talqin.
F. Daftar Pustaka
wawancara
narasumber
AlbaCecep,Tasawuf dan Tarekat,PT.Remaja Rosdakarya.2012.hal
98-99
Wawancara narasumber
Ibid hal.140-143
Wawancara narasumber
[1]http://id.m.wikipedia.org/wiki/Tarekat-16:42/11/06/2015
[2]
Wawancara narasumber
[3]AlbaCecep,Tasawuf dan Tarekat,PT.Remaja
Rosdakarya.2012.hal 98-99
[4]Wawancara
narasumber
[5]Ibid
hal.140-143
[6]Wawancara
narasumber
0 komentar:
Post a Comment