Blog yang diperuntukan untuk anak kuliah, terutama Mahasiswa Manajemen dan Ekonomi Syariah

Friday, 3 February 2017

Posted by Dian Prasetyo in , | 05:10:00 No comments
PENENANGAN JIWA MELALUI TAREKAT NAQSABANDIYAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliah :  Tasawuf
Dosen Pengampu : H. Nur Said, MA,M.Ag




Disusun Oleh :
Nurhidayah               1320310124



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH
2015/2016





A.    PENDAHULUAN
            Dizaman yang serba modern ini banyak  orang-orang yang telah lalai  dan melupakan apa yang seharusnya dilakukan dan kebanyakan dari mereka sekarang, bukan hanya lali dalam kewajibaan banyak orang yang telah melupakan jati dirinya. Untuk itulah kita perlu lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Agar kita mampu menentukan jalan terbaik untuk mampu mencapai ke-Ridhoan-Nya.
            Untuk itu saya akan membahas tentang Penenangan Jiwa Melalui Tarekat Naqsabandiyah.  Peanulis ingin menyamapaikan ajaran-ajarn apa yang mampu didapatkan dari mengikuti tarekat tersebut, agar nantinya mampu digunakan sebagai bahan untuk pembelajaran para pembaca agar maenjadi lebih baik dan baik lagi.
            Tujuan dari TQN ( Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah ) sama dengan tujuan islam itu sendiri, yaitu menuntun manusia agar mendapat ridha dari Allah, sejahtera didunia dan bahagia di akhirat nanti. Tujuan TQN tergambar dalam mukadimah yang mesti dibaca oleh setiap ikhwan manakala ia akan melakukan dzikrullah.

B.     Rumusan Masalah
1.                   Apapengertian dari Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah?
2.                  ApakahTarekat Qadiriyah Naqsabandiyah mampu membawa kita kearah yang lebih baik ?
3.                   Bagaimana cara pengajaran di Tarekat Qadiriyah Naqsabnadiyah?
4.                   Mengapa tarekat qadriyah Naqsabandiyah penting untuk diikuti?
  
C.    Pembahasan
A.    Pengertian TQN
            Tarekat atau Tariqah berarti “jalan”  atau “metode”, dan mengacu pada aliran keagamaan tasawuf atau sufisme dalam islam. Menurut Al-jurnani Ali bin Muhammad bin Ali (740-816M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah SWT melalui tahapan-tahapan atau maqamat.
            Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia beararti metode pemberian bimbingan siritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi atau (sufi brorherhood) yang ditandai dengan adanya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqh. Ia secara konseptual terkait dengan aqidah atau “ kebenaran sejati “ yaitu cita-cita ideal yang ingin dicapai oleh para pelaku aliran tersebut. Seorang penutut ilmu agama akan memualai pendekatannya dengan mempelajari hukum islam, yaitu praktik eksoteris atau duniawi islam, dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan mistis keagamaan yang berbentuk tariqah. Melalui praktik spiritual dan bimbingan seorang pemimpin tarekat, calon penghayat tarekat akan berupaya untuk mencapai aqiqah ( hakikat atau kebenaran hakiki).
            Pengertian diatas menunjukan tarekat sebagai cabang aliran didalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thoriqah, al-Mu’tabarah, al-Ahadiyyah, tarekat Qadiriyah, Tariqah Naqsabandiyah.[1]
B.     Sikap setelah masuk TQN
Kata tarekat berasal dari bahasa arab thoriqoh, jamaknya thoraiq, yang berarti 1) jalan atau petunjuk 2)metode, system (al-uslub) 3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab) 4) keadaan (al-halah) 5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (a’mud al-mizalah).
Dapat disimpulkan bahwa TQN atau Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah mengantarkan kita kejalan yangg lebih dekat kepada Allah, didalam tarekat banyak ajaran-ajaran yang mengantarkan kita agar kita mampu lebih mencintai akhirat ketimbang duniawi.

Narasumber :
            Mungkin ketenangan, tapi bukan berarti terhindar dari masalah lho ya.. tenangnya hati yang saya maksud adalah tenangnya mengahadapi masalah, karena sesungguhnya masalah yang datang ia ibaratkan  tamu dari Allah untuk kita, maka dari itu justru kita harus mengambil masalah dengan hati gembira luapan rasa syukur kita kepada Allah, hakikat tenang , nyaman, dan bahagia ialah saat Allah mengingatkan kita padanya lewat bencana, musibah, masalah yang menimpa kita kapan saja dan dimana saja. Alhamdllah kini perjalannku dalma menempuh hidup penuh dengan nama-Nya, cinta kasih-Nya yang beggitu agung.[2]

C.     Bagaimana cara pengajaran di TQN
1.      Amaliyah Dalam TQN
TQN sebagai sebuh aliran tasawuf mempunyai amaliah yang khusus, yang sudah barang tentu tidak akan sama dengan amaliah dalam tarekat lain. Kalaupun ada kesamaan , kemungkinan dalam beberapa hal saja karena memang sumber ajaranya sama-sama dari Rasulullah. Amaliah yang bersifat spiritual ini harus diamalkan oleh siapa saja yang telah menyatakan diri melalui “talqin” sebagai murid dan ikhwan dari Guru Mursyid dalam komunitas tarekat termaksud.
2.      Dzikir (Dzikrullah)
Dzikir, secara lughowi artinya ingat, mengingat atau eling dalam bahasa sunda. Dzikir terbagi dua, ada dzikir bimakna’an ( dzikir secara umum) dan ada dzikir bimakna khas ( dzikir dalam khusus ). Dzikir dalam arti yang pertama adalah segala bentuk ketaatan kepada Allah. Sebagai contoh, shalat adalah dzikir, puasa adalah dzikir, zakat adalah dzikir, pergi melaksanakan haji ke mekah adalah dzikir, membaca al-qur’an adalah dzikir dan lain-lain.
      Dzikir yang dimaksud dalam TQN dalah dzikir bimakna khas. Dzikir bimakna khas adalah ‘hudurul Qalbi ma’allah” (hadirnya hati kita bersama Allah). Dzikir dalam arti khusus ini terbagi dua, yakni dzikir jahr dan dzikir khafi. Dzikir jahr adalah melafalkan kalimat  tayibahyakni “ Lailaha Illallah” secar lisan dengan suara yang keras dan dengan cara-cara tertentu. Sedangkan dzikir khafi adalah ingat kepada Allah dengan dzikir ishat saja yaitu mengingat nama “Allah” secara sirr di dalam hati dengan cara-cara yang diterangkan dalam talqin.[3]
Orang-orang yang masuk kedalam tarekat mereka terlebih dahulu di talqin oleh guru mursyid, guru mursyid akan mentalkin keyakinan kita tentangg tarekat yang akan kita ikuti, dan jika kita sudah masuk kedalam suatu tarekat, kita musti mengamalkan segala ajarannya secara sungguh-sungguh.
Narasumber :
      Kegelisahan,.. ya saya dulu adalah orang yang sangat gelisah, setiap hari hati tiada tenang sama sekali, saya kesana kemari mencari kenyamanan, ketenangan dan kebahagiaan. Kuhabiskan wktu dan umurku hanya untuk mencari rumah jiwaku (seorang guru yang mampu menuntunku wushuk kepada dzat yang agung), hingga akhirnya saat umurku 21 tahun tepat ditahun 2012 saya benar-benar dipuncak kegelisahan yang hebat, putus asa memang jadi tujuanku, tapi saya salah, karena diwaktu keputusasaanku itulah kaki ini membawaku pada suatu tempat yang aku sendiri tak tau kenapa bisa sampai ketempat yang tak peranah kutuju sama sekali, tempat itu adalah tempat para pengamen dan pengemis ( kampung sosial ) disana saya bertemu dengan seseoran pengamen muda, sejak awal bertemu saya merasa dia hanyalah seorang pengamen yang hanya mencari uang untuk bekal hidup sehari-hari, namun setelah sya berkenalan dan sedikir bercakap-cakap dengannya, sya terperangah kaget bbukan main, ternyata dia adalah anggota jama’ah tarekat K.H. arwani Amin said, jiwanya begitu lembut, budi pekertinya yang luhur seketika mebungkam mulut saya, saya menangis dan saat itu juga saya memutuskan untuk masuk kedalam Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah K.H Arwani Amin Kudus.[4]

D.    Mengapa musti mengikuti TQN
Dizaman yang serba modern ini kita musti mawas diri akan hal-hal yang mulai masuk kedalam budaya kita.   Untuk itulah kita disarankan untuk masuk kedalam tarekat, bukan hanya untuk membentengi diri kita dari hal-hal negatif, tarekat juga digunakan untuk mengontrol hati dan lisan kita dalam berucap.
Terdapat tujuh latifah yang menjadi sasaran dalam ajaran TQN terlebih berdzikir, yaitu sebagai berikut :
1.      Latifah al-Qalb
Nafsu yang ada padanya adalah 1) al-Laumu : mencaci, 2) al-Hawa : keinginan, 3) al-makr : berbuat keonaran 4) al-‘Ujb : Ujub, 5) al-Gibah : menceritakan kejelekan
2.      Latifah ar-Ruh.
Adapun nafsu yang bersarang padanya adalah nafsu al-Mulhimah. Selangkapnya nafsu yang mengiringnya adalah 1) as-Sakhawah ; sifat dermawan 2) al-Qanaah : merasa puas dengan apa yang ada 3) al-Hilm : murah hati, 4) at-Tawadhu : renda hati, 5) at-Taubah : kembali kepada Tuhan, 6) as-Sabr : sabar, 7) at-Tahammulu ; menahan diri.
3.      Latifah as-Sirr
Nafsu yang ada padanya dalah al-Muthmainnah. Pasukannya terdiri dari 1) al-Jud : suka berbagi, 2) al-Tawwakal : Bersrah diri kepada Allah, 3)al-ibadah, 4) as-syukr : berterimakasih. 5) ar-Ridha ; rela terhadap ketentuan Allah, 6) al-Khoisiyah : takut melawan larangan Allah SWT.
4.      Latifah al-Khafi
Nafsu yang bertempat padanya adalah nafsu al-Mardiyyah. Pasukannya terdiri dari : 1) Khusn al-Khulq : sikap yang baik, 2) Tarku ma Siwallah : Meninggalkan segala sesuatu selain Allah, 3) al-Lutf i al-Khalq :  lemah lembut kepada makluk, 4) al-Haml ‘ala s-salah : senantiasa mengajak kemaslahatan, 5) as-Safh ‘an Dzunub al-Gair : Memaafkan terhadap kesalahan orang lain, 6) al-Mail bi al-Khalq : simpati kepada sesama makluk, 7) al-Hub ila al-Khalaq : cinta kepada makluk.
5.      Latifa al-akhfa
Nafsu yang ada padanya adalah nafsu al-Kamilah. Pasukannya terdiri dari : 1) ‘Ilm al-Yaqin, 2) ‘Ain al-Yaqin, 3) haq al-Yaqin.
6.      Latifah an-nafsi
Nafsu yang ada padanya adalah nafsu al-ammarah. Pasukannya terdiri dari : 1) al-Bukhl : kikir, 2) al-Hirs : Tamak/ loba, 3) al-Hasad : dengki, 4) al-Jahl : bodoh, 5) al-Kibr : sombong, 6) as-Syakhawah : nafsu biologis, 7) al-Gadab : Marah.

7.      Latifah al-Qolab
Nafsu yang bertempat padanya adalah nafsu radiyah. Pasukannya terdiri dari : 1) al-Karam : mulia, 2) az-Zuhd : meninggalkan kemewahan, 3) al-Iklas, 4) al-Wara’ : bersikap hati-hati, 5) ar-Riyadah : berlatih rohani, 6) al-Wafa’ : menepati janji.[5]
      Dari ketujuh hal yang telah dijelaskan diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa dengan mengikuti tarekat kita akan mampu mengendalikan segala nafsu yang adaa didalam hati kita.
Narasumber :
Ketika berjalan diatas muka bumi ini, berjalanlah dengan rasa, karena rasa itu lebih kuat dari muka bumi, berjalanlah dengan rasa, dan temukan Tuhan mu dengan rasa itu.[6]

E.     Kesimpulan
            Tarekat atau Tariqah berarti “jalan”  atau “metode”, dan mengacu pada aliran keagamaan tasawuf atau sufisme dalam islam. Menurut Al-jurnani Ali bin Muhammad bin Ali (740-816M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah SWT melalui tahapan-tahapan atau maqamat. 
            Dapat disimpulkan bahwa TQN atau Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah mengantarkan kita kejalan yangg lebih dekat kepada Allah, didalam tarekat banyak ajaran-ajaran yang mengantarkan kita agar kita mampu lebih mencintai akhirat ketimbang duniawi. Didalam tarekat diajarkan berbagai hal tentang dzikir, dzikir  yang dimaksud dalam TQN dalah dzikir bimakna khas. Dzikir bimakna khas adalah ‘hudurul Qalbi ma’allah” (hadirnya hati kita bersama Allah). Dzikir dalam arti khusus ini terbagi dua, yakni dzikir jahr dan dzikir khafi. Dzikir jahr adalah melafalkan kalimat  tayibah yakni “ Lailaha Illallah” secar lisan dengansuara yang keras dan dengan cara-cara tertentu. Sedangkan dzikir khafi adalah ingat kepada Allah dengan dzikir ishat saja yaitu mengingat nama “Allah” secara sirr di dalam hati dengan cara-cara yang diterangkan dalam talqin.


F.     Daftar Pustaka
wawancara narasumber
AlbaCecep,Tasawuf dan Tarekat,PT.Remaja Rosdakarya.2012.hal 98-99
  Wawancara narasumber
Ibid  hal.140-143
  Wawancara narasumber



[1]http://id.m.wikipedia.org/wiki/Tarekat-16:42/11/06/2015
[2] Wawancara narasumber
[3]AlbaCecep,Tasawuf dan Tarekat,PT.Remaja Rosdakarya.2012.hal 98-99
[4]Wawancara narasumber
[5]Ibid  hal.140-143
[6]Wawancara narasumber

0 komentar:

Post a Comment

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter