KUALITAS SEBAGAI
ALTERNATIF
PENINGKATAN DAYA SAING
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Mutu
Disusun Oleh :
1.
Siska
Ratna Sari (212299)
2.
Nofita
Sari (212300)
3.
Naufal
Hanna M (212302)
4.
Dian
Riski H (212304)
5.
Muhammad
Eko (212305)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH/MBS
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dari sudut pandang ekonomi, para ahli
sejarah akan mendefinisikan abad ini sebagai abad produktifitas. Salah satu
penyebab terpenting adalah bangkitnya Jepang sebagai Negara Adidaya Ekonomi,
terutama diwarnai dengan terjadinya refolusi mutu di Jepang. Konsumen amerika
lebih menyukai prosduk Jepang, tapi produsen Amerika tidak menyukainya orang
amerika telah mengekspor jutaan kesempatan kerja dan neraca perdaganganya
timpang sehingga dipaksa untuk melawan refolusi mutu.
Oleh karena itu, meningkatnya persaingan
semakin menyadarkan perusahaan akan mutu. Arti mutu atau kualitas yang semula
bersifat netral perlahan-lahan bergerak kearah yang positif. Dilain pihak,
perdebatan tentang mutu melibatkan permasalahan tentang bagaimana
mendefinisikan mutu, bagaimana mengukurnya, dan bagaimana menghubungkanya
dengan laba. Ada banyak sekali batasan tentang mutu, tetapi tidak satupun yang
dapat menjelaskan dengan tepat apa sebenarnya mutu itu. Dalam arti luas, mutu
adalah sesuatu yang dapat disempurnakan. Untuk Indonesia, kualitas suatu produk
tentunya didasarkan pada merk dan harga, sedangkan harga menjadi factor utama
dalam menentukan pembelian suatu produk.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi dari Manajemen Mutu?
2. Apa
saja dasar yang mempegaruhi hasil?
3. Apa
saja prinsip Manajemen Mutu?
4. Bagaimana peningkatan standart mutu?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Manajemen Mutu
Mutu
(kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter
menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk
tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus
dapat mengidentifikasikan ciri dan karkter produk yang berhubungan dengan mutu
dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya. Definisi
ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau pemakai produk. Dalam suatu
proyek gedung, pelanggan dapat berarti pemberi tugas, penyewa gedung atau
masyarakat pemakai. Misalnya dari segi disain, kepuasan dapat diukur dari segi
estetika, pemenuhan fungsi, keawetan bahan, keamanan, dan ketepatan waktu.
Sedangkan dari segi pelaksanaan, ukurannya adalah pada kerapihan penyelesaian,
integritas (sesuai gambar dan spesifikasi) pelaksanaan, tepatnya waktu
penyerahan dan biaya, serta bebas cacat.
Manajemen
Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan dan
menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka
mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat
dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan
management kualitas. Hal hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas
adalah :
·
Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.
·
Proses management proyek itu sendiri.
Didalam
tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak belajar
tentang hal hal yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan kerja,
terutama tentang pentingnya sistem dan realisasinya dalam proyek di lapangan.
B.
Dasar yang Mempengaruhi Hasil
Terdapat
6 unsur dasar yang mempengaruhi hasil (output), yakni[1] :
1. Manusia
Sumber daya
manusia adalah unsur utama yang memungkinkan terjadinya proses penambahan nilai
(value added). Kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas(task) adalah
kemampuan(ability), pengalaman, pelatihan(training), dan potensi kreativitas
yang beragam, sehingga diperoleh suatu hasil(output).
2. Metode
( method )
Metode ini harus
merupakan prosedur kerja terbaik agar setiap orang dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif dan efisien. Walaupun seseorang dapat saja menginterprestasikan
(menerjemahkan)
tugas-tugasnya secara berbeda satu sama lain, asalkan saja pekerjaan tersebut
dapat dilaksanakan sesuai rencana.
3. Mesin
(machines)
Mesin atau
peralatan yang digunakan dalam proses penambahan nilai menjadi output. Dengan
memakai mesin sebagai alat pendukung pembuatan suatu produk, memungkinkan
berbagai variasi dalam bentuk, jumlah, dan kecepatan proses penyelesaian kerja
4. Bahan
(materials)
Bahan baku yang
diproses produksi agar menghasilkan nilai tambah menjadi output, jenisnya
sangat beragam. Keragaman bahan baku yang digunakan akan mempengaruhi nilai
output yang beragam pula. Bahkan perbedaan bahan baku (jenisnya) mungkin dapat
pula menyebabkan proses pengerjaannya.
Misalnya,
pembuatan tas dengan bahan kulit dan kain dapat menyebabkan proses pembuatan
tidak persis sama, artinya ada variasi perbedaan dengan tujuan agar output yang
dihasilkan sangat baik menurut atau sesuai bahan baku yang digunakan. Bahkan bila bahannya
sama-sama kulit, tetapi yang satu kulit buaya sedang yang lain kulit kambing,
mungkin proses pembuatan tas berbeda pula sehingga hasilnya berbeda dalam mutu maupun bentuk.
5. Ukuran
(measurement)
Dalam setiap
tahap proses produksi harus ada ukuran sebagai standar penilaian, agar setiap
tahap proses produksi dapat dinilai kinerjanya. Kemampuan drai standar ukuran
tersebut merupakan faktor penting untuk mengukur kinerja seluruh tahapan proses
produksi, dengan tujuan agar hasil (output) yang diperoleh sesuai dengan
rencana.
6. Lingkungan
(environment)
Jelas, linkungan
dimana proses produksi berada sangat mempengaruhi hasil atau kinerja proses
produksi. Bila lingkungan kerja berubah, maka kinerjapun kan berubah pula.
Bahkan factor lingkungan eksternal pun dapat mempengaruhi kelima unsure
tersebut diatas sehingga dapat menimbulkan variasi tugas pekerjaan.
C.
Prinsip
Manjemen Mutu
Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.2000
telah melakukan perubahan dengan menggunakan delapan prinsip Manajemen Mutu
sebagai dasar dari versi yang baru. Dengan demikian kekurangefektifan penerapan
sistem Manajemen Mutu selama ini dapat dikurangi. Delapan prinsip manajemen
mutu tersebut adalah sebagai berikut[2]:
1. Fokus
Pada Pelanggan
Organisasi tergantung pada pelanggan
mereka. Karena itu, manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan
sekarang dan akan datang, harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha
melebihi harapan pelanggan..
2. Kepemimpinan
Manajemen dan
kepemimpinan (leadership) sering disalah artikan, padahal keduanya adalah hal
yang berbeda, walaupun saling melengkapi. Kinerja pemimpin (leader) adalah
memiliki kemampuan untuk menciptakan visi yang mengandung kewajiban untuk
mewujutkanya , yang membawa orang lain ketempat baru, yang memiliki kemampuan
untuk mewujutkan visinya kedalam kenyataan. Pemimpin juga harus membuat tujuan
perusahaan dengan menciptakan dan memelihara lingkungan internal yang membuat
semua personil terlibat dalam pencapaian sasaran perusahaan.
3. Keterlibatan
Personil
Keterlibatan
personil adalah dasar yang dipentingkan dalam prinsip manajemen mutu. Personel
pada semua tingkatan adalah modal utama perusahaan, gimana keterlibatan
kemampuanya secara penuh sangat bermanfaat bagi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memampukan dan memberikan kesempatan kepada personel untuk merencanakan,
menerapkan rencana, dan mengendalikan rencana pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya atau kelompoknya.
4. Pendekatan
Proses
Standar
Internasional ISO mengembangkan pemakaian pendekatan proses (process approach)
pada masa pembuatan, penerapan, dan peningkatan sistem manajemen mutu yang
efektif. Hal ini dimaksutkan untuk meningkattkan kepuasan pelanggan dengan
memenuhi berbagai persyaratan pelanggan.
Dalam konteks
ISO 9000:2000, pendekatan proses meliputi tiga hal yaitu :
a. Proses
inti (realization process)
Proses inti
berfungsi sebagai increase in value pada organisasi yang dimulai dari pelanggan
eksternal dan kembali kepada pelanggan.
b. Proses
pendukung
Proses ini
berfungsi sebagai pendukung pada perusahaan, pada proses inti, dan menghasilkan
data, informasi, atau mengatur administrasi yang terprosedur.
c. Proses
manajemen (management process)
Karateristik
dari proses ini adalah untuk melakukan pengendalian dan pembuatan keputusan.
5. Pendekatan
Sistem untuk Pengelolaan
Pendekatan
sistem untuk pengelolaan baru dapat dilakukan jika pendekatan proses telah
diterapkan. Dengan kata lain, pendekatan system untuk pengelolaan adalah
kumpulan dari pendekatan proses. Pendekatan system ke manajemen didefinisikan
sebagai pengidentifikasian, pemahaman, dan pengelolaan system dari proses yang
saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran perusahaan dengan
efektif dan efisien.
6. Peningkatan
berkesinambungan
Perbaikan berkesinambung dari kinerja organisasi secara
keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Perbaikan
berkesinambung didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya
terus-menerus meningkatkan efektivitas dan/atau efisiensi organisasi untuk
memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu. Perbaikan berkesinambung
membutuhkan langkah-langkah konsolidasi yang progresif, merespon perkembangan
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan sehingga akan menjamin suatu evolusi dinamis
dari sistem manajemen mutu.
7. Pembuatan
Keputusan Berdasarkan Fakta
Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis
data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga
masalah-masalah mutu dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan
manajemen organisasi sebaiknya ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi
dan efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.
8. Hubungan
Saling Menguntungkan dengan Pemasok
Suatu organisasi dan pemasoknya
adalah saling tergantung, dan suatu hubungan yang saling menguntungkan akan
meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah. ISO
memperbaharui standarnya pada tahun 2000 menjadi lebih seperti sistem manajemen
kualitas yang lebih terperinci dan disebut ISO 9001:2000.
D.
Peningkatan
Standar Mutu
Standar, atau lengkapnya standar teknis,
adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal
yang menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis
yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa atau artefak atau perangkat
formal lain yang digunakan untuk kalibrasi. Suatu standar primer biasanya
berada dalam yurisdiksi suatu badan standarisasi nasional. Standar sekunder,
tersier, cek, serta bahan standar biasanya digunakan sebagai rujukan dalam
system metrology. Suatu kebiasaan, konvensi, produk perusahaan, atau standar
perusahaan yang telah diterima umum dan bersifat dominan sering disebut sebagai
“standar de facto” [3]
Teknik-Teknik Peningkatan Standar Mutu :
1. Diagram
Ishikawa
Diagram
Ishikawa merupakan visualisasi grafik sederhana yang dapat mengidentifikasi
permasalahan secara praktis menurut sebab-sebab tetap dan potensial oleh para
pemakainya. Keberhasilan penggunanya ditentukan oleh kemampuan pengelola untuk
menuntaskan gagasan-gagasan yang dimiliki kelompok perbaikan mutu dan gambaran
grafik yang mudah dibaca.
Terbentuknya
kelompok perbaikan mutu atau kelompok kerja pendidikan dan pelatihan yang
dipimpin oleh seorang penyelia dari kelompok kerja fungsional didasarkan pada
pertemuan-pertemuan mingguan untuk menghasilkan tim kerja efektif yang perlu
ditindaklanjuti dengan pertemuan berkala dan membahas proses perbaikan mutu.
Dalam hal ini, diperlukan kelompok proses kunci dan kelompok inovasi.
Tahapan
penggunaan Diagram Ishikawa adalah menentukan pilihan dampak sebagai
karakteristik utama yang akan dipelajari, dengan melibatkan teknik brainstorming untuk memunculkan
gagasan-gagasan asli menentukan faktor penyebab utama dari karakteristik yang
dipelajari, yang divisualisasi dalam bentuk kotak hitam bergaris tipis pada
hulu dan hilir bergaris mendatar, menentukan pengelompokan faktor penyebab
utama dari karakteristik yang dipelajari, divisualisasikan dalam bentuk anak
panah mendatar, menentukan unsur terkecil dari masing-masing komponen pada
setiap faktor penyebab utama dari karakteristik yang dipelajari,
divisualisasikan dalam bentuk anak panah mendatar, melakukan verifikasi dari
hal sebelumnya.
2. Analisis
Pareto
Analisis Pareto
dikembangkan oleh Vilfredo Frederigo Samoso pada akhir abad ke-19, merupakan
pendekatan logika dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang
digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial many untuk
mendapatkan penyebab utamanya.
Analisis Pareto
telah digunakan secara luas dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani
kerangka proyek, proses program, kombinasi pelatihan, proyek dan proses,
sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi para pekerja dalam
meningkatkan mutu pekerjaan. Analisis Pareto merupakan metode standar dalam
pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah
utama dan dianggap sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh
pekerja berpendidikan menengah, serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang
yang cukup kompleks.
3. Gugus
Kendali Mutu
Gugus
kendali mutu (GKM) merupakan suatu kelompok diskusi yang dibentuk di perusahaan
untuk memcahkan persoalan yang timbul di
tempat kerjanya sendiri. Pembentukan GKM bertujuan untuk membantu perbaikan dan
mengembangkan perusahaan, menghargai kemanusiaan, dan membangun tempat kerja
yang bahagia, cerah dan layak, serta menggunakan kemampuan manusia sepenuhnya
dan menggali potensi yang tidak terbatas.
Kegiatan
GKM harus di dukung oleh semua pihak dalam perusahaan. Dalam GKM, diperlukan
seorang “fasilitator” yang bertugas untuk melatih ketua dan anggota GKM. Selain
itu, tugas “fasilitator” adalah membantu ketua GKM untuk mengkoordinasikan
kegiatan kelompok dan meningkatkan semangat setiap anggota untuk terus belajar.
4. Konsep
Technovation
Ditataran
mikro perusahaan, iklim persaingan yang kian ketat mengharuskan pelaku industry
memikirkan bagaimana produknya bisa dibedakan oleh konsumen terhadap barang
yang dihasilkan pesaing. Perbedaan itu tidak hanya dalam harga, tapi juga pada
sesuatu yang bisa member nilai tambah lebih besar kepada konsumen. Jika
perbedaan hanya disandarkan pada harga, produk akan cepat tersingkir begitu
masuk barang yang lebih murah.
Sedikitnya
ada dua hal yang perlu mendapat perhatian, agar pelaku industry selalu siap
melakukan antisipasi dengan baik. Kerja keras secara berkelanjutan memperbaiki
kemampuan di bidang teknologi dan inovasi, untuk meningkatkan nilai tambah
terhadap lingkungan, serta selalu komit menjunjung tinggi “Customer First” dan
mengutamakan “Genba Genbutsu” (turun/konfirmasi keadaan
lapangan).
5. Six
Sigma
Suatu
alat manajemen baru yang digunakan untuk mengganti Total Quality Management (TQM), sangat terfokus terhadap
pengendalian kualitas dengan mendalami system produksi perusahaan secara
keseluruhan. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas
waktu pembuatan produk, dan menghilangkan biaya. Six sigma juga disebut system
komprehensif, yang maksutnya dalah strategi, disiplin ilmu dan alat untuk
mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis six sigma disebut stratgei karena
terfokus kepada peningkatan kepuasan pelanggan, disebut disiplin ilmu karena
mengikuti model formal, yaitu DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control), dan sebagai alat karena digunakan
bersamaan dengan yang lainya, seperti diagram pareto (Pareto Chart) dan histogram. Kesuksesan peningkatan kualitas dan
kinerja bisnis, tergantung dari kemampuan untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah, kemampuan ini adalah hal fundamental dalam filosofi six sigma.[4]
E. Studi
Kasus Hubungan Mutu dengan Biaya Produksi
Telah diterangkan diatas bahwa untuk
beberapa barang manufaktur terdapat tahap-tahap proses pembuatan sejak mulai
bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi. Terdapat hubungan antara
bahan baku dan teknologi yang digunakan dengan tingkat mutu barang akhir. Anda
pun mengetahuinya bahwa bahan baku yang baik tentunya harga per unit nya pun
lebih mahal dibandingkan bahan baku sejenis dengan mutu yang lebih rendah. Dari
segi bahan baku saja, anda dapat simak bahwa harga bahan baku yang lebih mahal
dapat menghasilkan mutu barang akhir yang lebih baik. Namun, akibatnya kita
ketahui pula, bahwa barang yang bermutu baik berarti biaya bahanya pun lebih
mahal pula. Hal ini berarti bahwa harga barang jadi yang mutunya baik, harga
jualnya pun akan lebih mahal pula.[5]
Kasus
mengenai hal itu dapat dimkemukakan berikut ini :
a. Pada
perusahaan roti (baik perusahaan roti kecil, menengah, maupun besar)
menggunakan terigu sebagai bahan baku utamanya, dicampur dengan garam, telur,
dan bahan pengembangnya (instant yeast).
Bila bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan dengan mutu nomor satu,
tentunya rotinya pun baik. Ini berarti harga roti tersebut mahal. Sebaliknya
roti yang dibuat dari bahan baku yang kurang baik, mutu rotinya pun kurang baik
pula, sehingga harga rotinya pun harus murah.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO
9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau
jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan
tertentu”.
Terdapat
6 unsur dasar yang mempengaruhi hasil (output), yakni :
1. Manusia
2. Metode
( method )
3. Mesin
(machines)
4. Bahan
(materials)
5. Ukuran
(measurement)
6.
Lingkungan
(environment)
Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.2000 telah melakukan
perubahan dengan menggunakan delapan prinsip Manajemen Mutu sebagai dasar dari
versi yang baru. Dengan demikian kekurangefektifan penerapan sistem Manajemen
Mutu selama ini dapat dikurangi.
Teknik-Teknik Peningkatan Standar Mutu :
1. Diagram
Ishikawa
2. Analisis
Pareto
3. Gugus
Kendali Mutu
4. Konsep
Technovation
5. Six
Sigma
DAFTAR
PUSTAKA
Prawirosentono
Suyadi, Manajemen Mutu Terpadu Total
Quality Management Abad 21, PT Bumi Aksara, Jakarta
Prihantoro
C. Rudi, Konsep Pengendalian Mutu, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012
Suardi
Rudi, Sistem Manajemen Mutu ISO
9000:2000, CV Taruna Grafica, Jakarta.
[1] Drs. Suyadi Prawirosentono,MBA, Manajemen
Mutu Terpadu Total Quality Management Abad 21, PT Bumi Aksara, Jakarta,
2004, hlm. 12
[2] Rudi Suardi, Sistem Manajemen
Mutu ISO 9000:2000, CV Taruna Grafica, Jakarta, 2003, hlm., 46-59
[3] Prof. C. Rudi Prihantoro MPd, Konsep
Pengendalian Mutu, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm.,198
[4] Prof. C. Rudi Prihantoro MPd, Konsep
Pengendalian Mutu, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm.,200-207
[5] Drs. Suyadi Prawirosentono,MBA, Manajemen
Mutu Terpadu Total Quality Management Abad 21, PT Bumi Aksara, Jakarta,
2004, hlm. 21-22
0 komentar:
Post a Comment