Blog yang diperuntukan untuk anak kuliah, terutama Mahasiswa Manajemen dan Ekonomi Syariah

Thursday 11 May 2017

Posted by Dian Prasetyo in | 10:01:00 No comments
KUALITAS SEBAGAI ALTERNATIF
PENINGKATAN DAYA SAING

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Mutu
Dosen Pengampu : Ratna Yulia, SE,MM







Disusun Oleh :
1.      Siska Ratna Sari        (212299)
2.      Nofita Sari                 (212300)
3.      Naufal Hanna M       (212302)
4.      Dian Riski H              (212304)
5.      Muhammad Eko       (212305)



 


SEKOLAH  TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH/MBS
TAHUN 2015







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dari sudut pandang ekonomi, para ahli sejarah akan mendefinisikan abad ini sebagai abad produktifitas. Salah satu penyebab terpenting adalah bangkitnya Jepang sebagai Negara Adidaya Ekonomi, terutama diwarnai dengan terjadinya refolusi mutu di Jepang. Konsumen amerika lebih menyukai prosduk Jepang, tapi produsen Amerika tidak menyukainya orang amerika telah mengekspor jutaan kesempatan kerja dan neraca perdaganganya timpang sehingga dipaksa untuk melawan refolusi mutu.
Oleh karena itu, meningkatnya persaingan semakin menyadarkan perusahaan akan mutu. Arti mutu atau kualitas yang semula bersifat netral perlahan-lahan bergerak kearah yang positif. Dilain pihak, perdebatan tentang mutu melibatkan permasalahan tentang bagaimana mendefinisikan mutu, bagaimana mengukurnya, dan bagaimana menghubungkanya dengan laba. Ada banyak sekali batasan tentang mutu, tetapi tidak satupun yang dapat menjelaskan dengan tepat apa sebenarnya mutu itu. Dalam arti luas, mutu adalah sesuatu yang dapat disempurnakan. Untuk Indonesia, kualitas suatu produk tentunya didasarkan pada merk dan harga, sedangkan harga menjadi factor utama dalam menentukan pembelian suatu produk.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari Manajemen Mutu?
2.      Apa saja dasar yang mempegaruhi hasil?
3.      Apa saja prinsip Manajemen Mutu?
4.      Bagaimana  peningkatan standart mutu?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Manajemen Mutu
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karkter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya. Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau pemakai produk. Dalam suatu proyek gedung, pelanggan dapat berarti pemberi tugas, penyewa gedung atau masyarakat pemakai. Misalnya dari segi disain, kepuasan dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi, keawetan bahan, keamanan, dan ketepatan waktu. Sedangkan dari segi pelaksanaan, ukurannya adalah pada kerapihan penyelesaian, integritas (sesuai gambar dan spesifikasi) pelaksanaan, tepatnya waktu penyerahan dan biaya, serta bebas cacat.
Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan management kualitas. Hal hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas adalah :
· Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.
· Proses management proyek itu sendiri.
Didalam tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak belajar tentang hal hal yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan kerja, terutama tentang pentingnya sistem dan realisasinya dalam proyek di lapangan.

B.      Dasar yang Mempengaruhi Hasil
Terdapat 6 unsur dasar yang mempengaruhi hasil (output), yakni[1] :
1.      Manusia
Sumber daya manusia adalah unsur utama yang memungkinkan terjadinya proses penambahan nilai (value added). Kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas(task) adalah kemampuan(ability), pengalaman, pelatihan(training), dan potensi kreativitas yang beragam, sehingga diperoleh suatu hasil(output).
2.      Metode ( method )
Metode ini harus merupakan prosedur kerja terbaik agar setiap orang dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Walaupun seseorang dapat saja menginterprestasikan
(menerjemahkan) tugas-tugasnya secara berbeda satu sama lain, asalkan saja pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai rencana.
3.      Mesin (machines)
Mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses penambahan nilai menjadi output. Dengan memakai mesin sebagai alat pendukung pembuatan suatu produk, memungkinkan berbagai variasi dalam bentuk, jumlah, dan kecepatan proses penyelesaian kerja
4.      Bahan (materials)
Bahan baku yang diproses produksi agar menghasilkan nilai tambah menjadi output, jenisnya sangat beragam. Keragaman bahan baku yang digunakan akan mempengaruhi nilai output yang beragam pula. Bahkan perbedaan bahan baku (jenisnya) mungkin dapat pula menyebabkan proses pengerjaannya.
Misalnya, pembuatan tas dengan bahan kulit dan kain dapat menyebabkan proses pembuatan tidak persis sama, artinya ada variasi perbedaan dengan tujuan agar output yang dihasilkan sangat baik menurut atau sesuai bahan baku  yang digunakan. Bahkan bila bahannya sama-sama kulit, tetapi yang satu kulit buaya sedang yang lain kulit kambing, mungkin proses pembuatan tas berbeda pula sehingga hasilnya berbeda  dalam mutu maupun bentuk.
5.      Ukuran (measurement)
Dalam setiap tahap proses produksi harus ada ukuran sebagai standar penilaian, agar setiap tahap proses produksi dapat dinilai kinerjanya. Kemampuan drai standar ukuran tersebut merupakan faktor penting untuk mengukur kinerja seluruh tahapan proses produksi, dengan tujuan agar hasil (output) yang diperoleh sesuai dengan rencana.
6.      Lingkungan (environment)
Jelas, linkungan dimana proses produksi berada sangat mempengaruhi hasil atau kinerja proses produksi. Bila lingkungan kerja berubah, maka kinerjapun kan berubah pula. Bahkan factor lingkungan eksternal pun dapat mempengaruhi kelima unsure tersebut diatas sehingga dapat menimbulkan variasi tugas pekerjaan.

C.    Prinsip Manjemen Mutu
Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.2000 telah melakukan perubahan dengan menggunakan delapan prinsip Manajemen Mutu sebagai dasar dari versi yang baru. Dengan demikian kekurangefektifan penerapan sistem Manajemen Mutu selama ini dapat dikurangi. Delapan prinsip manajemen mutu tersebut adalah sebagai berikut[2]:
1.      Fokus Pada Pelanggan
Organisasi tergantung pada pelanggan mereka. Karena itu, manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan akan datang, harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi harapan pelanggan..
2.      Kepemimpinan
Manajemen dan kepemimpinan (leadership) sering disalah artikan, padahal keduanya adalah hal yang berbeda, walaupun saling melengkapi. Kinerja pemimpin (leader) adalah memiliki kemampuan untuk menciptakan visi yang mengandung kewajiban untuk mewujutkanya , yang membawa orang lain ketempat baru, yang memiliki kemampuan untuk mewujutkan visinya kedalam kenyataan. Pemimpin juga harus membuat tujuan perusahaan dengan menciptakan dan memelihara lingkungan internal yang membuat semua personil terlibat dalam pencapaian sasaran perusahaan.
3.      Keterlibatan Personil
Keterlibatan personil adalah dasar yang dipentingkan dalam prinsip manajemen mutu. Personel pada semua tingkatan adalah modal utama perusahaan, gimana keterlibatan kemampuanya secara penuh sangat bermanfaat bagi perusahaan.  Hal ini dapat dilakukan dengan cara memampukan dan memberikan kesempatan kepada personel untuk merencanakan, menerapkan rencana, dan mengendalikan rencana pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya atau kelompoknya.
4.      Pendekatan Proses
Standar Internasional ISO mengembangkan pemakaian pendekatan proses (process approach) pada masa pembuatan, penerapan, dan peningkatan sistem manajemen mutu yang efektif. Hal ini dimaksutkan untuk meningkattkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi berbagai persyaratan pelanggan.
Dalam konteks ISO 9000:2000, pendekatan proses meliputi tiga hal yaitu :
a.       Proses inti (realization process)
Proses inti berfungsi sebagai increase in value pada organisasi yang dimulai dari pelanggan eksternal dan kembali kepada pelanggan.
b.      Proses pendukung
Proses ini berfungsi sebagai pendukung pada perusahaan, pada proses inti, dan menghasilkan data, informasi, atau mengatur administrasi yang terprosedur.
c.       Proses manajemen (management process)
Karateristik dari proses ini adalah untuk melakukan pengendalian dan pembuatan keputusan.
5.      Pendekatan Sistem untuk Pengelolaan
Pendekatan sistem untuk pengelolaan baru dapat dilakukan jika pendekatan proses telah diterapkan. Dengan kata lain, pendekatan system untuk pengelolaan adalah kumpulan dari pendekatan proses. Pendekatan system ke manajemen didefinisikan sebagai pengidentifikasian, pemahaman, dan pengelolaan system dari proses yang saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran perusahaan dengan efektif dan efisien.
6.      Peningkatan berkesinambungan
Perbaikan berkesinambung dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Perbaikan berkesinambung didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya terus-menerus meningkatkan efektivitas dan/atau efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu. Perbaikan berkesinambung membutuhkan langkah-langkah konsolidasi yang progresif, merespon perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan sehingga akan menjamin suatu evolusi dinamis dari sistem manajemen mutu.
7.      Pembuatan Keputusan Berdasarkan Fakta
Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah-masalah mutu dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan manajemen organisasi sebaiknya ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.
8.      Hubungan Saling Menguntungkan dengan Pemasok
Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung, dan suatu hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah. ISO memperbaharui standarnya pada tahun 2000 menjadi lebih seperti sistem manajemen kualitas yang lebih terperinci dan disebut ISO 9001:2000.

D.    Peningkatan Standar Mutu
Standar, atau lengkapnya standar teknis, adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa atau artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi. Suatu standar primer biasanya berada dalam yurisdiksi suatu badan standarisasi nasional. Standar sekunder, tersier, cek, serta bahan standar biasanya digunakan sebagai rujukan dalam system metrology. Suatu kebiasaan, konvensi, produk perusahaan, atau standar perusahaan yang telah diterima umum dan bersifat dominan sering disebut sebagai “standar de facto[3]
Teknik-Teknik Peningkatan Standar Mutu :
1.      Diagram Ishikawa
Diagram Ishikawa merupakan visualisasi grafik sederhana yang dapat mengidentifikasi permasalahan secara praktis menurut sebab-sebab tetap dan potensial oleh para pemakainya. Keberhasilan penggunanya ditentukan oleh kemampuan pengelola untuk menuntaskan gagasan-gagasan yang dimiliki kelompok perbaikan mutu dan gambaran grafik yang mudah dibaca.
Terbentuknya kelompok perbaikan mutu atau kelompok kerja pendidikan dan pelatihan yang dipimpin oleh seorang penyelia dari kelompok kerja fungsional didasarkan pada pertemuan-pertemuan mingguan untuk menghasilkan tim kerja efektif yang perlu ditindaklanjuti dengan pertemuan berkala dan membahas proses perbaikan mutu. Dalam hal ini, diperlukan kelompok proses kunci dan kelompok inovasi.
Tahapan penggunaan Diagram Ishikawa adalah menentukan pilihan dampak sebagai karakteristik utama yang akan dipelajari, dengan melibatkan teknik brainstorming untuk memunculkan gagasan-gagasan asli menentukan faktor penyebab utama dari karakteristik yang dipelajari, yang divisualisasi dalam bentuk kotak hitam bergaris tipis pada hulu dan hilir bergaris mendatar, menentukan pengelompokan faktor penyebab utama dari karakteristik yang dipelajari, divisualisasikan dalam bentuk anak panah mendatar, menentukan unsur terkecil dari masing-masing komponen pada setiap faktor penyebab utama dari karakteristik yang dipelajari, divisualisasikan dalam bentuk anak panah mendatar, melakukan verifikasi dari hal sebelumnya.
2.      Analisis Pareto
Analisis Pareto dikembangkan oleh Vilfredo Frederigo Samoso pada akhir abad ke-19, merupakan pendekatan logika dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial many untuk mendapatkan penyebab utamanya.
Analisis Pareto telah digunakan secara luas dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani kerangka proyek, proses program, kombinasi pelatihan, proyek dan proses, sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan. Analisis Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan dianggap sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja berpendidikan menengah, serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup kompleks.
3.      Gugus Kendali Mutu
Gugus kendali mutu (GKM) merupakan suatu kelompok diskusi yang dibentuk di perusahaan untuk memcahkan persoalan  yang timbul di tempat kerjanya sendiri. Pembentukan GKM bertujuan untuk membantu perbaikan dan mengembangkan perusahaan, menghargai kemanusiaan, dan membangun tempat kerja yang bahagia, cerah dan layak, serta menggunakan kemampuan manusia sepenuhnya dan menggali potensi yang tidak terbatas.
Kegiatan GKM harus di dukung oleh semua pihak dalam perusahaan. Dalam GKM, diperlukan seorang “fasilitator” yang bertugas untuk melatih ketua dan anggota GKM. Selain itu, tugas “fasilitator” adalah membantu ketua GKM untuk mengkoordinasikan kegiatan kelompok dan meningkatkan semangat setiap anggota untuk terus belajar.
4.      Konsep Technovation
Ditataran mikro perusahaan, iklim persaingan yang kian ketat mengharuskan pelaku industry memikirkan bagaimana produknya bisa dibedakan oleh konsumen terhadap barang yang dihasilkan pesaing. Perbedaan itu tidak hanya dalam harga, tapi juga pada sesuatu yang bisa member nilai tambah lebih besar kepada konsumen. Jika perbedaan hanya disandarkan pada harga, produk akan cepat tersingkir begitu masuk barang yang lebih murah.
Sedikitnya ada dua hal yang perlu mendapat perhatian, agar pelaku industry selalu siap melakukan antisipasi dengan baik. Kerja keras secara berkelanjutan memperbaiki kemampuan di bidang teknologi dan inovasi, untuk meningkatkan nilai tambah terhadap lingkungan, serta selalu komit menjunjung tinggi “Customer First” dan mengutamakan  “Genba  Genbutsu” (turun/konfirmasi keadaan lapangan).
5.      Six Sigma
Suatu alat manajemen baru yang digunakan untuk mengganti Total Quality Management (TQM), sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mendalami system produksi perusahaan secara keseluruhan. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan menghilangkan biaya. Six sigma juga disebut system komprehensif, yang maksutnya dalah strategi, disiplin ilmu dan alat untuk mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis six sigma disebut stratgei karena terfokus kepada peningkatan kepuasan pelanggan, disebut disiplin ilmu karena mengikuti model formal, yaitu DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control), dan sebagai alat karena digunakan bersamaan dengan yang lainya, seperti diagram pareto (Pareto Chart) dan histogram. Kesuksesan peningkatan kualitas dan kinerja bisnis, tergantung dari kemampuan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah, kemampuan ini adalah hal fundamental dalam filosofi six sigma.[4]

E.     Studi Kasus Hubungan Mutu dengan Biaya Produksi
Telah diterangkan diatas bahwa untuk beberapa barang manufaktur terdapat tahap-tahap proses pembuatan sejak mulai bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi. Terdapat hubungan antara bahan baku dan teknologi yang digunakan dengan tingkat mutu barang akhir. Anda pun mengetahuinya bahwa bahan baku yang baik tentunya harga per unit nya pun lebih mahal dibandingkan bahan baku sejenis dengan mutu yang lebih rendah. Dari segi bahan baku saja, anda dapat simak bahwa harga bahan baku yang lebih mahal dapat menghasilkan mutu barang akhir yang lebih baik. Namun, akibatnya kita ketahui pula, bahwa barang yang bermutu baik berarti biaya bahanya pun lebih mahal pula. Hal ini berarti bahwa harga barang jadi yang mutunya baik, harga jualnya pun akan lebih mahal pula.[5]
Kasus mengenai hal itu dapat dimkemukakan berikut ini :
a.       Pada perusahaan roti (baik perusahaan roti kecil, menengah, maupun besar) menggunakan terigu sebagai bahan baku utamanya, dicampur dengan garam, telur, dan bahan pengembangnya (instant yeast). Bila bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan dengan mutu nomor satu, tentunya rotinya pun baik. Ini berarti harga roti tersebut mahal. Sebaliknya roti yang dibuat dari bahan baku yang kurang baik, mutu rotinya pun kurang baik pula, sehingga harga rotinya pun harus murah.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”.
Terdapat 6 unsur dasar yang mempengaruhi hasil (output), yakni :
1.      Manusia
2.      Metode ( method )
3.      Mesin (machines)
4.      Bahan (materials)
5.      Ukuran (measurement)
6.       Lingkungan (environment)

Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.2000 telah melakukan perubahan dengan menggunakan delapan prinsip Manajemen Mutu sebagai dasar dari versi yang baru. Dengan demikian kekurangefektifan penerapan sistem Manajemen Mutu selama ini dapat dikurangi.

Teknik-Teknik Peningkatan Standar Mutu :
1.      Diagram Ishikawa
2.      Analisis Pareto
3.      Gugus Kendali Mutu
4.      Konsep Technovation
5.      Six Sigma



DAFTAR PUSTAKA

Prawirosentono Suyadi, Manajemen Mutu Terpadu Total Quality Management Abad 21, PT Bumi Aksara, Jakarta
Prihantoro C. Rudi, Konsep Pengendalian Mutu, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012

Suardi Rudi, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, CV Taruna Grafica, Jakarta.




[1] Drs. Suyadi Prawirosentono,MBA, Manajemen Mutu Terpadu Total Quality Management Abad 21, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm. 12
[2] Rudi Suardi, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, CV Taruna Grafica, Jakarta, 2003, hlm., 46-59
[3] Prof. C. Rudi Prihantoro MPd, Konsep Pengendalian Mutu, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm.,198
[4] Prof. C. Rudi Prihantoro MPd, Konsep Pengendalian Mutu, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm.,200-207
[5] Drs. Suyadi Prawirosentono,MBA, Manajemen Mutu Terpadu Total Quality Management Abad 21, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm. 21-22

0 komentar:

Post a Comment

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter