Blog yang diperuntukan untuk anak kuliah, terutama Mahasiswa Manajemen dan Ekonomi Syariah

Monday 24 October 2016

Posted by Dian Prasetyo in , , | 09:40:00 No comments
KARYA TULIS ILMIAH
MEMASUKI THAREKAT
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Tasawuf


Disusun oleh:
Dian Prasetyo                          1320310118




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH/PRODI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
TAHUN 2014




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap hati manusia pasti tidak akan pernah luput dari yang namanya kotoran yang disebut dosa. Untuk itu masing-masing tarekat mempunyai cara tersendiri untuk menyucikan diri. Masing-masing kotoran mempunyai alat pembersih tersendiri. Getah dengan minyak tanah, lumpur dengan air dan sabun, air liur anjing dengan tanah, harta dengan zakat. Kotoran batin bisa dibersihkan dengan shalat, membaca Al Qur’an, haji, istighfar dan taubat.
Banyak ahli muslim terutama yang memperhatikan masalah akhlak kepada Allah, mengemukakan bahwa hati manusia merupakan kunci pokok pembahasan menuju pengetahuan tentang Tuhan. Hati, sebagai pintu dan sarana Tuhan memperkenalkan kesempurnaan diri-Nya. “Tidak  dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali  “Hati “ hamba-Ku yang mukmin lunak dan tenang ( HR Abu Dawud ). Hanya melalui “hati manusialah” keseimbangan sejati antara Tuhan dan kosmos bisa dicapai.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pada  latar belakang diatas selanjutnya rumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1.      Bagaimana tarekat bisa menyucikan hati?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Data
Untuk memasuki tarekat, tentu saja ada beberapa tahapan-tahapan dan persyaratan yang harus dipenuhi. berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Nur Sahid yang bertempat tinggal di Desa Sintru Dawe Kudus yang telah berpuluh-puluh tahun mengikuti Tarekat Kholidiyah Naqsabandiyah, beliau mengatakan jika ingin memasuki sebuah tarekat ada tahapan-tahapan ang harus dilalui, antara lain yaitu;
“Perjalan seng pertama iku pendaftaran, mandi taubat, bar mandi taubat terus diwei aturan kon wiridan, terus sholat karo istikharoh seminggu.”
Apa yang dimaksud oleh Pak Nur Sahid adalah untuk mengikuti sebuah tarekat maka ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seseorang, diantara yaitu;
1.      Mendaftarkan diri ke tempat tarekat dengan bertemu dengan guru (musyid) yang ada disana. Menurut beliau hal itu seperti anak yang mau mendaftarkan diri ke sekolah.
2.      Setelah mendaftarkan diri kemudian orang yang mau memasuki tarekat harus mandi taubat, mandi taubat menurut Pak Nur Sahid: “Ados taubat seng diniati taubat. Taubat iku kan ados seng njalok ngapuro kapok. Tiap wong eo keno ados taubat, niate “niat ados taubat kerono ngilangake doso gede”, maksudnya adalah mandi taubat yaitu mandi dengan niat taubat untuk meminta ampunan yang dilakukan setelah isya.
3.      Setelah itu diberi aturan untuk wiridan dan istikharoh seminggu.
4.      Setelah semua itu dilakukan barulah orang yang akan mengikuti tarekat tersebut di bai’at oleh mursyid. Dalam hal ini Pak Nur Said ketika memasuki Tarekat Kholidiyah Naqsabandiyah beliau di bai’at dan di talqin oleh Mbah Asnawi.[1]
Hal itu hampir sama dengan yang di sampaikan oleh Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si (2013) mengenai tahapan-tahapan untuk memasuki sebuah tarekat, yaitu tahapan yang pertama, harus mandi taubat, yaitu mandi yang dilakukan setelah isya’ dengan tujuan untuk menghilangkan segala dosa yang pernah dilakukannya. Kemudian dilanjutkan dengan shalat taubat sebanyak dua rakaat. Rakaat pertama, setelah membaca surat al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat al-Kafirun. Pada rakaat kedua, setelah membaca surat al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat al-Ikhlas. Kemudian berdoa;
“Allahumma inni as-aluka al-taubata wa al-inabata wa al-istiqamata ‘ala al-syariati al gharrar’I wa al-thariqoti al-baidha’i.”
Artinya: “Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepadamu ampunan dan kesucian, dan keajegan di dalam melakukan syariat yang benar dan jalan yang suci.”
Setelah shalat dilanjutkan dengan membaca sholawat: “Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad,” sebanyak 25 kali.
Kedua, pembai’atan, yaitu proses memasuki ajaran tarekat dalam arti yang sebenarnya. Di dalam bai’at ini yang tahu hanyalah murid dan mursyid. Dalam prosesi pembai’atan maka calon penganut tarekat diberi pakaian serba putih dan sorban putih sebagai lambang kesucian.
Ketiga, pagi harinya menjalankan puasa mutih, yaitu puasa yang ketika berbuka dan sahur hanya dengan nasi putih dan air putih saja.[2]
Setelah semua tahapan itu dilakukan maka hal yang harus dilakukan ketika menjadi jamaah tarekat adalah mengikuti ajaran-ajaran yang ada, seperti yang disampaikan oleh Pak Nur Sahid, pada Tarekat Kholidiyah Naqsabandiyah sebaiknya setiap hari selasa (selasan) mengikuti tawaju’an, dimana tawaju’an menurut Pak Nur Sahid adalah Meluberkan ngilmu dari guru kepada murid dengan saling berhadapan antara murid dengan mursyid.”
Kemudian juga mengikuti amalan khusus yang lain seperti dzikir (wirid), dimana dzikir secara lughawi artinya ingat, mengingat atau eling. Dzikir terbagi menjadi dua, yaitu dzikir bimakna ‘am (dzikir secara umum) dan dzikir bimakna khas (dzikir secara khusus).[3] Dzikir disini menurut Pak Nur Sahid adalah membaca kalimat toyyibah. Dzikir tersebut dapat dilakukan dimana saja baik di tempat sepi maupun di keramaian, Tetapi alangkah baiknya dilakukan ditempat sepi.
Berdasarkan wawancara dengan Pak Nur Sahid, beliau berkata neng wiridane iku coro niku undak-undakan, kelas-kelasan, kelas pertama iku dizikir peng 5000, kelas kedua iku dijumlahno eneh 1000, terus dimondokno meneh dijumlahnya 1000 meneh”. Itu berarti dalam Tarekat Kholidiyah Naqsabandiyah ketika mereka berdzikir terdapat tingkatan-tingkatannya. Pada tingkatan pertama mereka melakukan dzikir (wirid) sebanyak 5000 kali kermudian tingkatan yang kedua ditambah seribu lalu tingkatan selanjutnya ditambahkan seribu lagi. Untuk tingkatan terakhir yaitu membaca tahlil secara nabi itsbat, menurut Pak Nur Sahid nabi itsbat adalah dzikir tanpa bersuara dan dilakukan di dalam hati. Nabi itsbat ini mula-mula diawali dengan membaca dzikir tahlil sebanyak tiga kali dan diakhiri dengan Muhammadur Rasullulah.[4] Hal tersebut dilakukan ketika mereka di pondokkan di bulan-bulan tertentu, antara lain bulan Suro, Rajab dan Ramadhan dimana tiap bulannya hanya 10 hari mondok.
Manfaat yang didapat dengan mengikuti tarekat tersebut adalah hati merasa tenang dan tentram, serta imannya kuat.
B.     Telaah Kritis Dan Pembahasan
Bagaimana bisa tarekat menyucikan hati? di dalam surah Al-A’la ayat 14 Allah menyatakan bahwa orang-orang yang telah mensucikan hatinya sesungguhnya telah memperoleh keberuntungan. Lalu dibenak kita timbul beberapa pertanyaan:
-          Apa yang dimaksud dengan hati yang bersih?
-          Bagaimana cara membersihkan hati?
-          Mengapa orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung?
-          Apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya?
Pertama, apa yang dimaksud dengan hati yang bersih? Menurut Syekh Muda ahmad Arifin yang dimaksud dengan hati yang bersih yaitu tidak ada di dalam hati itu selain Allah. Artinya seseorang yang disebut hatinya bersih adalah orang yang senantiasa selalu mengingat Allah. Itulah sebabnya para sufi berkata:
قَلْبُ الْمُؤْمِنِيْنَ بَيْتُ اللهُ
“Hati orang mukmin itu adalah rumah Allah”.
Kedua, bagaimana cara membersihkan hati? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin satu-satunya cara membersihkan hati yaitu dengan mempelajari ilmu hati. Ilmu hati ini lazim disebut dengan beberapa nama di antaranya: ilmu batin, ilmu hakikat, ilmu tarekat. Menurutnya tujuan mempelajari ilmu hati adalah untuk mengenal Allah, sebab hati merupakan sarana yang telah ditetapkan oleh Allah untuk dapat menyaksikan-Nya sebagaimana firman Allah:
مَاكَذَبَ الْفُؤَادُ مَارَآى
“Tidak dusta apa yang telah dilihat oleh mata hati”. (Q.S. An-Najm: 11)
Dalam sebuah tarekah pada proses awalnya telah menyuruh calon jamaahnya untuk mandi taubat dan sholat taubat hal ini dilakukan untuk menyucikan jiwanya dari dosa yang telah dilakukannya selama ini. Lalu pada proses selanjutnya jamaahnya disuruh untuk puasa mutih hal ini dilakukan dalam rangka memisahkan daging dan darahnya dari ruhnya. Daging dan darah melambangkan nafsu, sedangkan roh itu suci yang akan diisi dengan ajaran kesucian agar dapat mempelajari ilmu hati nantinya.
Jadi hanya dengan mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah. Apabila kita telah dapat mengenal Allah, barulah kita dapat mengingat-Nya. Dan mengingat Allah merupakan satu-satunya cara untuk membersihkan hati sebagaimana Hadis Nabi:
لِكُلِّ شَيْءٍ صَقَلَةٌ وَصَقَلَةُ الْقَلْبُ ذِكْرُاللهُ
“Segala sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah”.
            Untuk mengingat Allah tersebut bisa dengan membaca dzikir seperti yang dilakukan oleh jamaah tarekat. Dengan melakukan dzikir sebanyak 5000 kali untuk awalnya kemudian ditambah lagi 1000 kali. Hal ini dapat menyucikan hati, karena dengan berdzikir kita sama saja dengan mengingat Allah.
            Menurut tarekat Naqsyabandi manusia mempunyai 7 maqam, yaitu: atifatul qalby, latifatul Ruh, latifatul Sirri, lathifatul Khafi, lathifah Akhfa, lathifatul Nafsun Natiqoh, dan latifatul Kullu Jasad. Masing-masing maqam terisi sifat-sifat tertentu.
Setan yang menggoda manusia itu banyak dan mempunyai keahlian khusus, misalnya ahli membujuk orang jadi kafir, tamak, pemarah dan lain-lain. Mereka tinggal di maqam yang sesuai dengan keahliannya. Setan yang ahli mengobarkan hawa nafsu bertempat tinggal di maqam latifatul qalby, setan yang ahli membuat orang tamak bertempat di maqam lathifatul ruh dan seterusnya. Untuk membersihkan sifat jelek itu perlu dibacakan kata “Allah” sebanyak-banyaknya di maqam sifat jelek itu. Untuk membersihkan sifat tamak bacakan kata “Allah” pada maqam latifatul sirri paling tidak 1000 kali sehari secara istiqamah atau teratur. Rinciannya sebagai berikut:
1.      Latifatul qalby, ditempati sifat menuruti hawa nafsu, sifat setan dan dunia, jika berhasil dibersihkan menjadi sifat iman, islam, tauhid dan makrifat.
2.      Latifatul Ruh, berisi sifat tamak, rakus dan bakhil – jika berhasil dibersihkan menjadi bersifat qanaah.
3.      Latifatul Sirri, berisi sifat pemarah, bengis, mudah emosi tinggi, penaik darah dan pendendam. Jika berhasil dibersihkan menjadi bersifat pengasih, penyayang, baik budi pekerti (akhlak yang mulia).
4.      Lathifatul Khafi, berisi sifat 1. Busuk hati, 2. Munafik, dengan kandungan sifat nya yaitu; pendusta, mungkir janji, penghianat dan tidak dapat di percaya. Jika berhasil dibersihkan menjadi 1. Ridha, 2. Syukur, 3. Sabar, dan 4. Tawakkal.
5.      Lathifah Akhfa, berisi sifat 1. Takbur, 2. Ria, 3. Ujub, 4. Suma’ah. Jika berhasil dibersihkan menjadi 1. Tawadduk, 2. Ikhlas, 3. Sabar, 4. Tawakkal.
6.      Lathifatul Nafsun Natiqoh, berisi sifat banyak khayal dan angan – angan, oleh karena itu kikislah sifat tersebut dengan berdzikir secara ikhlas pada tempat ini, agar berganti dengan sifat muthma’innah, yaitu sifat dan nafsu yang tenang.
7.      Latifatul Kullu Jasad, berisi sifat 1. Jahil 2. dan lalai. Seseorang yang dzikirnya ikhlas pada tempat ini dapat menimbulkan sifat: 1. Ilmu 2. dan amal yang di ridhai oleh Allah Swt.
Jika diri manusia memiliki sifat baik, barulah ia bisa dekat dengan Allah. Jika manusia dekat dengan Allah, semua keinginannya dipenuhi sebelum manusia minta. Ibaratnya orang karib dengan pemilik kebun jagung, ia akan dikirimi jagung bila minta. Allah itu Maha Suci, hanya dapat didekati oleh orang suci.[5]
Ketiga, mengapa orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung? Menurut Syekh Ahmad Arifin penyebab Allah menyebut orang-orang yang telah mensucikan hatinya sebagai orang-orang yang beruntung adalah disebabkan karena sesungguhnya hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah. Menurut al-Ghazali hati manusia berfungsi sebagai cermin yang hanya bisa menangkap cahaya ghaib (Allah) apabila tida tertutup oleh kotoran-kotoran keduniaan. Sesungguhnya hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang disebut sebagai orang-orang yang beruntung.
Keempat, apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya adalah dapat mengenal Tuhannya. Itulah sebabnya Allah berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا
“Beruntunglah orang yang telah mensucikan hatinya dan merugilah orang yang telah mengotorinya”. (Q.S. 91 As-Syamsi: 9-10) [6]
Itulah sebabnya pada ayat di atas Allah memuji orang-orang yang telah mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinya yang dapat mengenal Allah. Adapun orang-orang yang mengotorinya adalah orang-orang yang merugi, karena sesungguhnya orang-orang yang hatinya kotor tidak akan pernah dapat mengenal Tuhannya.

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Menyucikan hati dapat dilakukan dengan cara mempelajari ilmu hati, Ilmu hati ini lazim disebut dengan beberapa nama di antaranya: ilmu batin, ilmu hakikat, ilmu tarekat. Menurutnya tujuan mempelajari ilmu hati adalah untuk mengenal Allah. Jadi hanya dengan mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah. Apabila kita telah dapat mengenal Allah, barulah kita dapat mengingat-Nya. Dan mengingat Allah merupakan satu-satunya cara untuk membersihkan hati sebagaimana Hadis Nabi:
لِكُلِّ شَيْءٍ صَقَلَةٌ وَصَقَلَةُ الْقَلْبُ ذِكْرُاللهُ
“Segala sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah”.
            Cara untuk menyucikan dalam tarekat adalah dengan mengingat Allah. Dalam tarekat pertama kali mereka melakukan mandi taubat mereka dan sholat taubat untuk menyucikan jiwa dan raga mereka, kemudia melakukan dzikir minimal 5000 kali sampai dengan 1000 kali agar terhindar dari sifat-sifat yang buruk.
B.     Penutup
Demikian laporan ini saya buat. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan pembahasan laporan ini saya mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan untuk lebih baiknya laporan yang akan saya buat selanjutnya.



Daftar Pustaka
Nur Sahid. interview of Jamaah Tarekat Kholidiyah Naqsabandiyah. tanggal 01 Juni 2015.
Cecep Alba. Tasawuf dan Tarekat. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2012.
Nur Syam. Tarekat Petani Fenomena Tarekat Syattariyah Lokal. LkiS. Yogyakarta. 2013.




















[1] Hasil wawancara dengan Nur Sahid Jamaah Tarekat Kholidiyah Naqsabandiyah pada tanggal 01 Juni 2015
[2] Nur Syam, Tarekat Petani Fenomena Tarekat Syattariyah Lokal, LkiS, Yogyakarta, 2013, hlm. 83-85.
[3] Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm. 98.
[4] Op. Cit, hlm. 86.
[6] http://kalempauu.blogspot.com/, Diakses pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 21.48 WIB.

0 komentar:

Post a Comment

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter