KARYA TULIS ILMIAH
MEMASUKI THAREKAT
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
kuliah: Tasawuf
Disusun
oleh:
Dian
Prasetyo 1320310118
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
SYARIAH/PRODI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
TAHUN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap hati manusia
pasti tidak akan pernah luput dari yang namanya kotoran yang disebut dosa.
Untuk itu masing-masing tarekat mempunyai cara
tersendiri untuk menyucikan diri. Masing-masing
kotoran mempunyai alat pembersih tersendiri. Getah dengan minyak tanah, lumpur
dengan air dan sabun, air liur anjing dengan tanah, harta dengan zakat. Kotoran
batin bisa dibersihkan dengan shalat, membaca Al Qur’an, haji, istighfar dan
taubat.
Banyak ahli muslim terutama yang memperhatikan masalah
akhlak kepada Allah, mengemukakan bahwa hati manusia merupakan kunci pokok
pembahasan menuju pengetahuan tentang Tuhan. Hati, sebagai pintu dan sarana
Tuhan memperkenalkan kesempurnaan diri-Nya. “Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati “ hamba-Ku yang mukmin lunak dan tenang
( HR Abu Dawud ). Hanya melalui “hati manusialah” keseimbangan sejati antara
Tuhan dan kosmos bisa dicapai.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan pada
latar belakang diatas selanjutnya rumusan masalah yang akan diteliti
adalah:
1. Bagaimana tarekat bisa menyucikan hati?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Data
Untuk memasuki tarekat, tentu saja
ada beberapa tahapan-tahapan dan persyaratan yang harus dipenuhi. berdasarkan
hasil wawancara dengan Pak Nur Sahid yang bertempat tinggal di Desa Sintru Dawe
Kudus yang telah berpuluh-puluh tahun mengikuti Tarekat Kholidiyah
Naqsabandiyah, beliau mengatakan jika ingin memasuki sebuah tarekat ada
tahapan-tahapan ang harus
dilalui, antara lain yaitu;
“Perjalan
seng pertama iku pendaftaran, mandi taubat, bar mandi taubat terus diwei aturan
kon wiridan, terus sholat karo istikharoh seminggu.”
Apa yang dimaksud oleh Pak Nur Sahid adalah untuk
mengikuti sebuah tarekat maka ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
seseorang, diantara yaitu;
1. Mendaftarkan
diri ke tempat tarekat dengan bertemu dengan guru (musyid) yang ada disana. Menurut beliau hal itu seperti anak yang
mau mendaftarkan diri ke sekolah.
2. Setelah
mendaftarkan diri kemudian orang yang mau memasuki tarekat harus mandi taubat,
mandi taubat menurut Pak Nur Sahid: “Ados
taubat seng diniati taubat. Taubat iku kan ados seng njalok ngapuro kapok. Tiap
wong eo keno ados taubat, niate “niat ados taubat kerono ngilangake doso gede”,
maksudnya adalah mandi taubat yaitu mandi dengan niat taubat untuk meminta
ampunan yang dilakukan setelah isya.
3. Setelah
itu diberi aturan untuk wiridan dan istikharoh seminggu.
4. Setelah
semua itu dilakukan barulah orang yang akan mengikuti tarekat tersebut di bai’at oleh mursyid. Dalam hal ini Pak Nur Said ketika memasuki Tarekat
Kholidiyah Naqsabandiyah beliau di bai’at
dan di talqin oleh Mbah Asnawi.[1]
Hal itu hampir sama
dengan yang di sampaikan oleh Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si (2013) mengenai
tahapan-tahapan untuk memasuki sebuah tarekat, yaitu tahapan yang pertama,
harus mandi taubat, yaitu mandi yang dilakukan setelah isya’ dengan tujuan
untuk menghilangkan segala dosa yang pernah dilakukannya. Kemudian dilanjutkan
dengan shalat taubat sebanyak dua rakaat. Rakaat pertama, setelah membaca surat
al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat al-Kafirun. Pada rakaat kedua,
setelah membaca surat al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat al-Ikhlas.
Kemudian berdoa;
“Allahumma
inni as-aluka al-taubata wa al-inabata wa al-istiqamata ‘ala al-syariati al
gharrar’I wa al-thariqoti al-baidha’i.”
Artinya: “Ya
Allah sesungguhnya saya memohon kepadamu ampunan dan kesucian, dan keajegan di
dalam melakukan syariat yang benar dan jalan yang suci.”
Setelah shalat dilanjutkan dengan
membaca sholawat: “Allahumma shalli ‘ala
sayyidina Muhammad,” sebanyak 25 kali.
Kedua, pembai’atan,
yaitu proses memasuki ajaran tarekat dalam arti yang sebenarnya. Di dalam bai’at ini yang tahu hanyalah murid dan mursyid. Dalam prosesi pembai’atan maka calon penganut tarekat diberi
pakaian serba putih dan sorban putih sebagai lambang kesucian.
Ketiga, pagi
harinya menjalankan puasa mutih, yaitu puasa yang ketika berbuka dan sahur
hanya dengan nasi putih dan air putih saja.[2]
Setelah semua
tahapan itu dilakukan maka hal yang harus dilakukan ketika menjadi jamaah
tarekat adalah mengikuti ajaran-ajaran yang ada, seperti yang disampaikan oleh
Pak Nur Sahid, pada Tarekat Kholidiyah Naqsabandiyah sebaiknya setiap hari
selasa (selasan) mengikuti tawaju’an, dimana
tawaju’an menurut Pak Nur Sahid
adalah “Meluberkan ngilmu dari guru kepada murid” dengan saling berhadapan antara murid dengan mursyid.”
Kemudian juga
mengikuti amalan khusus yang lain seperti dzikir (wirid), dimana dzikir secara lughawi
artinya ingat, mengingat atau eling.
Dzikir terbagi menjadi dua, yaitu dzikir
bimakna ‘am (dzikir secara umum) dan dzikir
bimakna khas (dzikir secara khusus).[3] Dzikir
disini menurut Pak Nur Sahid adalah membaca kalimat toyyibah. Dzikir tersebut
dapat dilakukan dimana saja baik di tempat sepi maupun di keramaian, Tetapi
alangkah baiknya dilakukan ditempat sepi.
Berdasarkan
wawancara dengan Pak Nur Sahid, beliau berkata “neng
wiridane iku coro niku undak-undakan, kelas-kelasan, kelas
pertama iku dizikir peng 5000, kelas kedua iku dijumlahno eneh 1000, terus
dimondokno meneh dijumlahnya 1000 meneh”.
Itu berarti dalam Tarekat Kholidiyah Naqsabandiyah ketika mereka berdzikir
terdapat tingkatan-tingkatannya. Pada tingkatan pertama mereka melakukan dzikir
(wirid) sebanyak 5000 kali kermudian
tingkatan yang kedua ditambah seribu lalu tingkatan selanjutnya ditambahkan
seribu lagi. Untuk tingkatan terakhir yaitu membaca tahlil secara nabi itsbat, menurut Pak Nur Sahid nabi itsbat adalah dzikir tanpa bersuara
dan dilakukan di dalam hati. Nabi itsbat ini mula-mula diawali dengan membaca dzikir tahlil sebanyak tiga kali dan
diakhiri dengan Muhammadur Rasullulah.[4]
Hal tersebut dilakukan ketika mereka di pondokkan di bulan-bulan tertentu,
antara lain bulan Suro, Rajab dan Ramadhan dimana tiap bulannya hanya 10 hari
mondok.
Manfaat yang
didapat dengan mengikuti tarekat tersebut adalah hati merasa tenang dan
tentram, serta imannya kuat.
B.
Telaah Kritis Dan Pembahasan
Bagaimana bisa
tarekat menyucikan hati? di dalam surah Al-A’la ayat 14 Allah menyatakan bahwa
orang-orang yang telah mensucikan hatinya sesungguhnya telah memperoleh
keberuntungan. Lalu dibenak kita timbul beberapa pertanyaan:
-
Apa yang dimaksud
dengan hati yang bersih?
-
Bagaimana cara
membersihkan hati?
-
Mengapa orang yang
mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung?
-
Apa keuntungan yang
diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya?
Pertama, apa yang dimaksud
dengan hati yang bersih? Menurut Syekh Muda ahmad Arifin yang dimaksud dengan
hati yang bersih yaitu tidak ada di dalam hati itu selain Allah. Artinya
seseorang yang disebut hatinya bersih adalah orang yang senantiasa selalu
mengingat Allah. Itulah sebabnya para sufi berkata:
قَلْبُ الْمُؤْمِنِيْنَ
بَيْتُ اللهُ
“Hati
orang mukmin itu adalah rumah Allah”.
Kedua, bagaimana
cara membersihkan hati? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin satu-satunya cara
membersihkan hati yaitu dengan mempelajari ilmu hati. Ilmu hati ini lazim
disebut dengan beberapa nama di antaranya: ilmu batin, ilmu hakikat, ilmu
tarekat. Menurutnya tujuan mempelajari ilmu hati adalah untuk mengenal Allah,
sebab hati merupakan sarana yang telah ditetapkan oleh Allah untuk dapat
menyaksikan-Nya sebagaimana firman Allah:
مَاكَذَبَ الْفُؤَادُ
مَارَآى
“Tidak
dusta apa yang telah dilihat oleh mata hati”. (Q.S. An-Najm: 11)
Dalam sebuah
tarekah pada proses awalnya telah menyuruh calon jamaahnya untuk mandi taubat
dan sholat taubat hal ini dilakukan untuk menyucikan jiwanya dari dosa yang
telah dilakukannya selama ini. Lalu pada proses selanjutnya jamaahnya disuruh
untuk puasa mutih hal ini dilakukan dalam rangka memisahkan daging dan darahnya
dari ruhnya. Daging dan darah melambangkan nafsu, sedangkan roh itu suci yang
akan diisi dengan ajaran kesucian agar dapat mempelajari ilmu hati nantinya.
Jadi hanya dengan
mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah. Apabila kita telah
dapat mengenal Allah, barulah kita dapat mengingat-Nya. Dan mengingat Allah
merupakan satu-satunya cara untuk membersihkan hati sebagaimana Hadis Nabi:
لِكُلِّ شَيْءٍ
صَقَلَةٌ وَصَقَلَةُ الْقَلْبُ ذِكْرُاللهُ
“Segala
sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah”.
Untuk
mengingat Allah tersebut bisa dengan membaca dzikir seperti yang dilakukan oleh
jamaah tarekat. Dengan melakukan dzikir sebanyak 5000 kali untuk awalnya
kemudian ditambah lagi 1000 kali. Hal ini dapat menyucikan hati, karena dengan
berdzikir kita sama saja dengan mengingat Allah.
Menurut
tarekat Naqsyabandi manusia mempunyai 7 maqam,
yaitu: atifatul qalby, latifatul Ruh,
latifatul Sirri, lathifatul Khafi, lathifah Akhfa, lathifatul Nafsun Natiqoh,
dan latifatul Kullu Jasad. Masing-masing maqam terisi sifat-sifat tertentu.
Setan yang menggoda
manusia itu banyak dan mempunyai keahlian khusus, misalnya ahli membujuk orang
jadi kafir, tamak, pemarah dan lain-lain. Mereka tinggal di maqam yang sesuai
dengan keahliannya. Setan yang ahli mengobarkan hawa nafsu bertempat tinggal di
maqam latifatul qalby, setan yang ahli membuat orang tamak bertempat di maqam
lathifatul ruh dan seterusnya. Untuk membersihkan sifat jelek itu perlu
dibacakan kata “Allah” sebanyak-banyaknya di maqam sifat jelek itu. Untuk
membersihkan sifat tamak bacakan kata “Allah” pada maqam latifatul sirri paling
tidak 1000 kali sehari secara istiqamah
atau teratur. Rinciannya sebagai berikut:
1.
Latifatul qalby,
ditempati sifat menuruti hawa nafsu, sifat setan dan dunia, jika berhasil
dibersihkan menjadi sifat iman, islam, tauhid dan makrifat.
2.
Latifatul Ruh,
berisi sifat tamak, rakus dan bakhil – jika berhasil dibersihkan menjadi
bersifat qanaah.
3.
Latifatul Sirri,
berisi sifat pemarah, bengis, mudah emosi tinggi, penaik darah dan pendendam.
Jika berhasil dibersihkan menjadi bersifat pengasih, penyayang, baik budi
pekerti (akhlak yang mulia).
4.
Lathifatul Khafi,
berisi sifat 1. Busuk hati, 2. Munafik, dengan kandungan sifat nya yaitu;
pendusta, mungkir janji, penghianat dan tidak dapat di percaya. Jika berhasil
dibersihkan menjadi 1. Ridha, 2. Syukur, 3. Sabar, dan 4. Tawakkal.
5.
Lathifah Akhfa,
berisi sifat 1. Takbur, 2. Ria, 3. Ujub, 4. Suma’ah. Jika berhasil dibersihkan
menjadi 1. Tawadduk, 2. Ikhlas, 3. Sabar, 4. Tawakkal.
6.
Lathifatul Nafsun
Natiqoh, berisi sifat banyak khayal dan angan – angan, oleh karena itu kikislah
sifat tersebut dengan berdzikir secara ikhlas pada tempat ini, agar berganti
dengan sifat muthma’innah, yaitu sifat dan nafsu yang tenang.
7.
Latifatul Kullu Jasad, berisi sifat 1. Jahil 2. dan lalai. Seseorang yang dzikirnya ikhlas pada
tempat ini dapat menimbulkan sifat: 1. Ilmu 2. dan amal yang di ridhai oleh
Allah Swt.
Jika diri manusia
memiliki sifat baik, barulah ia bisa dekat dengan Allah. Jika manusia dekat
dengan Allah, semua keinginannya dipenuhi sebelum manusia minta. Ibaratnya
orang karib dengan pemilik kebun jagung, ia akan dikirimi jagung bila minta.
Allah itu Maha Suci, hanya dapat didekati oleh orang suci.[5]
Ketiga, mengapa
orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung? Menurut Syekh Ahmad
Arifin penyebab Allah menyebut orang-orang yang telah mensucikan hatinya
sebagai orang-orang yang beruntung adalah disebabkan karena sesungguhnya hanya
orang-orang yang telah mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah. Menurut
al-Ghazali hati manusia berfungsi sebagai cermin yang hanya bisa menangkap
cahaya ghaib (Allah) apabila tida tertutup oleh kotoran-kotoran keduniaan.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinyalah yang dapat
mengenal Allah dan merekalah yang disebut sebagai orang-orang yang beruntung.
Keempat, apa
keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya? Menurut
Syekh Muda Ahmad Arifin keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah
mensucikan hatinya adalah dapat mengenal Tuhannya. Itulah sebabnya Allah
berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ
زَكَّهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا
“Beruntunglah
orang yang telah mensucikan hatinya dan merugilah orang yang telah
mengotorinya”. (Q.S. 91 As-Syamsi: 9-10) [6]
Itulah sebabnya
pada ayat di atas Allah memuji orang-orang yang telah mensucikan hatinya, sebab
hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinya yang dapat mengenal Allah.
Adapun orang-orang yang mengotorinya adalah orang-orang yang merugi, karena
sesungguhnya orang-orang yang hatinya kotor tidak akan pernah dapat mengenal
Tuhannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Menyucikan hati
dapat dilakukan dengan cara mempelajari ilmu hati, Ilmu hati ini lazim disebut
dengan beberapa nama di antaranya: ilmu batin, ilmu hakikat, ilmu tarekat.
Menurutnya tujuan mempelajari ilmu hati adalah untuk mengenal Allah. Jadi hanya
dengan mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah. Apabila kita
telah dapat mengenal Allah, barulah kita dapat mengingat-Nya. Dan mengingat
Allah merupakan satu-satunya cara untuk membersihkan hati sebagaimana Hadis
Nabi:
لِكُلِّ شَيْءٍ
صَقَلَةٌ وَصَقَلَةُ الْقَلْبُ ذِكْرُاللهُ
“Segala
sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah”.
Cara untuk menyucikan dalam tarekat adalah dengan mengingat Allah. Dalam
tarekat pertama kali mereka melakukan mandi taubat mereka dan sholat taubat
untuk menyucikan jiwa dan raga mereka, kemudia melakukan dzikir minimal 5000
kali sampai dengan 1000 kali agar terhindar dari sifat-sifat yang buruk.
B.
Penutup
Demikian laporan ini saya buat.
Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan pembahasan laporan ini saya mohon maaf.
Kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan
untuk lebih baiknya laporan yang akan saya buat selanjutnya.
Daftar Pustaka
Nur
Sahid. interview of
Jamaah Tarekat Kholidiyah Naqsabandiyah. tanggal
01 Juni 2015.
Cecep Alba. Tasawuf
dan Tarekat. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2012.
Nur Syam. Tarekat
Petani Fenomena Tarekat Syattariyah Lokal. LkiS. Yogyakarta. 2013.
[1] Hasil wawancara dengan Nur Sahid Jamaah Tarekat Kholidiyah Naqsabandiyah pada
tanggal 01 Juni 2015
[2] Nur Syam, Tarekat Petani Fenomena Tarekat Syattariyah
Lokal, LkiS, Yogyakarta, 2013, hlm. 83-85.
[5] https://padmadi945.wordpress.com/2013/02/13/menyucikan-diri-menurut-tarekat-naqsyabandi/, Diakses pada tanggaL 11 Juni 2015 pukul 22.19
WIB.
0 komentar:
Post a Comment