ANALISIS TECHNOLOGY
ACCEPTANCE MODEL (TAM) TERHADAP LAYANAN INTERNET BANKING NASABAH
BANK DI KABUPATEN KUDUS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen
Dosen Pengampu : Bayu Tri Cahya SE., MSi
Disusun oleh :
NOFITASARI 212300
MU’LINATUS
SA’DIYAH 212326
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
SYARI’AH / MBS
TAHUN AJARAN 2013 /2014
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet
menyebabkan mulai munculnya aplikasi bisnis yang berbasis internet. Internet
adalah daya informasi yang menjangkau seluruh dunia. Dimana satu komputer
dengan komputer lain di dunia (word wide) dapat saling berhubungan atau
berkomunikasi. Untuk melakukan komunikasi tersebut diperlikan bahasa protokol
yang sama yaitu TCP/IP (Transmision Control Protocol/Internet Protocol) fungsi
dari TCP/IP ini adalah memberi suatu alamat pada setiap komputer dalam bentuk
nomor, sehingga masing-masing komputer mempunyai identitas atau nama yang unik
dan berlainan (Abdul Razaq dan Bachrul Ulum Ruly, 2001:2).
Salah satu
aplikasi yang mulai mendapat perhatian adalah internet banking. Internet
banking adalah salah satu pelayanan jasa bank yang memungkinkan nasabah
untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan transaksi
perbankan melalui jaringan internet, dan bukan merupakan bank yang hanya
menyelenggarakan layanan perbankan melalui internet (Nelson Tambulon, 2004).
Dalam rangka memperluas jaringan
pelayanannya disamping membuka kantor-kantor cabang diberbagai tempat, saat ini
bank mulai melibatkan penggunaan teknologi informasi khususnya internet
banking untuk mempermudah proses bisnisnya (Sri Maharsi dan Yuliani
Mulyadi, 2007).
Internet banking pertama kali muncul di Amerika Serikat
pada pertengahan tahun 1990-an, dimana lembaga keuangan di Amerika Serikat
memperkenalkan dan mempromosikan internet banking untuk menyediakan
layanan perbankan yang lebih baik (Sri Maharsi dan Yuliani Mulyadi, 2007).
Sebagaimana yang ada di beberapa
perbankan di Kabupaten Kudus, yaitu BRI, Bank Mandiri dan BNI. Internet
banking di Bank Mandiri merupakan layanan transaksi perbankan (non tunai)
melalui internet. Mekanisme transaksi melalui internet banking di Bank
Mandiri dapat mengakses alamat website Bank Mandiri Net Banking. Internet
banking di BRI merupakan fasilitas layanan yang diberikan kepada nasabah
untuk melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet, seperti cek
saldo, mutasi rekening, transfer antar rekeining, pembayaran tagihan, pembelian
pulsa dan lain-lain. Sedangkan internet banking di BNI merupakan fasilitas
layanan transaksi perbankan melalui jaringan internet selama 24 jam 7 hari
seminggu, bagi anda nasabah BNI yang menginginkan kemudian bertransaksi
perbankan baik dari personal computer, laptop, notebook maupun PDA anda,
kapan dan dimanapun anda berada.
Sehingga internet banking yang
ada di perbankan Kabupaten Kudus dapat memberikan fasilitas yaitu transfer real
time ke rekening di bank anggota jaringan ATM bersama dan prima, transfer
uang tunai (transfer ke bukan pemegang rekening), transfer ke bank lain,
pembayaran tagihan (telpon, listrik, dan lain-lain), pembelian pulsa, informasi
saldo dan data rekening nasabah (tabungan, deposito, giro, pembiayaan/kredit)
dalam layar terpadu, dan cetak data mutasi transaksi.
Sesuai Technology Acceptance Model (TAM)
faktor persepsi pengguna terhadap manfaat yang diperoleh (perceived
usefulness) dan persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam penggunaan (perceived
ease of use) diyakini menjadi dasar dalam menentukan penerimaan dan
penggunaan bermacam-macam teknologi. Oleh karena itu, dengan menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM) sebagai kerangka teori yang telah dimodifikasi
sesuai dengan Technology Acceptance Model (TAM) yang digunakan oleh Wang, dkk sebagaimana
yang dikutip oleh Sri Maharsi dan Yuliani Mulyadi (2007), penelitian ini juga
menggunakan faktor persepsi pengguna terhadap kredibilitas dari internet
banking (perceived credibility) sebagai faktor yang mencerminkan keamanan
dan privasi pengguna internet banking dan juga menguji pengaruh dari
kemampuan seseorang dalam menggunakan komputer (computer self efficacy) terhadap
layanan dengan menggunakan internet banking.
Penulis mengambil judul penelitian
tentang internet banking karena merupakan suatu fasilitas layanan
perbankan yang diberikan kepada nasabah secara teknologi sehingga ini
memberikan kemudahan bagi nasabah untuk melakukan transaksi dalam pengambilan
uang, pembelian pulsa, pembayaran tagihan dan lain sebagainya. Sebab nasabah
yang ada di perbankan Kabupaten Kudus memiliki kesibukan yang tidak sempat
untuk melakukan pengambilan uang ataupun yang lainnya datang ke bank secara
langsung. Sehingga yang menjadikan alasan peneliti dalam penelitian ini karena internet
banking merupakan fasilitas yang diberikan kepada nasabah dari bank yang
mana nasabah lebih mudah, aman dan nyaman melakukan transaksi apapun. Dengan
menggunakan internet banking, para nasabah yang sibuk bisa melakukan
transaksi dengan tepat waktu. Selain itu, melalui internet banking dapat
membantu nasabah untuk lebih enjoy dalam melakukan transaksi, baik dalam
pengambilan uang maupun pembayaran tagihan, pembelian pulsa dan lain
sebagainya.
Melihat uraian di atas, maka terdapat
perbedaan dengan penelitian terdahulu, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ratih Wijayanti (2009), Analisis Technology
Acceptance Model (TAM) terhadap faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Nasabah terhadap Layanan Internet Banking (Studi Empiris terhadap Nasabah Bank
di Depok) bahwa P,
CSE, T terhadap PEU membuktikan bahwa penelitian ini mendukung adanya suatu
pengaruh yang signifikan terhadap personalization (P) dan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan antara nasabah dalam menggunakan komputer (CSE) dan
kepercayaan nasabah terhadap Internet Banking (T) dengan persepsi
kemudahan terhadap penggunaan Internet Banking (PEU). Hal ini
membuktikan bahwa nasabah akan menilai Internet Banking mudah digunakan
apabila mereka memiliki keyakinan (P) dalam penggunaan Internet Banking.
Kemampuan menggunakan komputer dan kepercayaan terhadap Internet Banking tersebut
tidak signifikan terhadap persepsi kemudahan dalam penggunaan Internet
Banking. Adapun perbedaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah pada faktor pengaruhnya yaitu
penerimaan nasabah terhadap layanan internet banking, sedangkan
penelitian ini menitikberatkan pada tingkat layanan internet banking
saja.
Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Sri Maharani dan Fenny
(2006) telah meneliti tentang Analisa faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepercayaan dan Pengaruh Kepercayaan terhadap Loyalitas Pengguna Internet
Banking di Surabaya, penelitian ini membahas shared value terbukti
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan pengguna pada internet
banking, komunikasi antara pengguna dengan internet banking terbukti
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan pengguna pada internet
banking. Adapun perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah
pada faktor pengaruhnya yaitu loyalitas pengguna internet banking,
sedangkan penelitian ini menitikberatkan pada tingkat layanan internet
banking.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penyusunan
penelitian ini penulis mengambil judul yaitu "ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
TERHADAP LAYANAN INTERNET BANKING NASABAH BANK DI KABUPATEN KUDUS”
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah personalization (P) berpengaruh
positif signifikan terhadap internet banking ?
2. Apakah computer self efficacy (CSE)
berpengaruh positif signifikan terhadap internet banking ?
3. Apakah trsut (T) berpengaruh positif
signifikan terhadap internet banking?
4. Apakah behavioral intenstions (BI)
berpengaruh positif signifikan terhadap internet banking ?
5. Apakah perceived credibility (PC)
berpengaruh positif signifikan terhadap internet banking ?
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah:
- Untuk menguji secara empiris pengaruh personalization (P)
terhadap internet banking
- Untuk menguji secara empiris pengaruh computer self efficacy (CSE)
terhadap internet banking ?
- Untuk menguji secara empiris pengaruh trsut (T) terhadap
internet banking?
- Untuk menguji secara empiris pengaruh behavioral intenstions (BI)
terhadap internet banking ?
- Untuk menguji secara empiris pengaruh perceived credibility (PC)
terhadap internet banking.
BAB II
LANDASAN TEORI
- Technology
Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM), diperkenalkan pertama kali oleh
Davis pada tahun 1989. TAM dibuat khusus untuk pemodelan adopsi pengguna system
informasi. Menurut Davis (1989) yang dikutip oleh Ratih Wijayanti (2009),
tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor
eksternal terhadap kepercayaan, sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna
komputer. TAM menganggap bahwa dua keyakinan variabel perilaku utama dalam
mengadopsi sisitem informasi, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived
usefulness) dan persepsi pengguna terhadap penggunaan (perceived ease of
use). Perceived usefulness diartikan sebagai tingkat di mana
seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan
kinerjanya, dan perceived ease of use diartikan sebagai tingkat dimana
seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tidak diperlukan usaha apapun (free
of effort). perceived ease of use juga berpengaruh pada perceived
usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa system tersebut
mudah digunakan maka sistem tersebut berguna bagi mereka.
Berbagai penelitian
dilakukan untuk mempelajari proses integrasi teknologi semenjak tahun 1970-an.
Beberapa model telah dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, diantaranya yang
tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset bidang teknologi
informasi, seperti Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned
Behavior (TPB), dan Technology Acceptance Model (TAM). Model TAM
yang dikembangkan oleh Fred D. Davis (1989) merupakan salah satu model yang
paling banyak digunakan dalam penelitian TI karena model ini lebih sederhana
dan mudah diterapkan (Iqbaria, 1995). Model TAM diadopsi dari model Theory
of Reasoned Action (TRA), yaitu teori tindakan beralasan yang dikembangkan
oleh Fishbe dan Ajzen (1975).
Dalam penelitian ini
dibatasi pada 9 konstruk yaitu personalisasi (Personalization) terhadap
persepsi pengguna manfaat (perceived usefulness), computer self
efficacy terhadap persepsi pengguna manfaat (perceived usefulness), computer
self efficacy terhadap persepsi pengguna kemudahan dalam penggunaan (perceived
ease of use), kepercayaan terhadap persepsi pengguna manfaat (perceived
usefulness), kepercayaan terhadap persepsi pengguna kemudahan dalam
penggunaan (perceived ease of use), persepsi pengguna kemudahan dalam
penggunaan (perceived ease of use) terhadap persepsi pengguna manfaat (perceived
usefulness), personalisasi (Personalization) dan computer self
efficacy dan kepercayaan terhadap persepsi pengguna manfaat (perceived
usefulness), personalisasi (Personalization) dan computer self
efficacy dan kepercayaan terhadap persepsi pengguna kemudahan dalam
penggunaan (perceived ease of use), personalisasi (Personalization)
terhadap persepsi pengguna kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use)
(Ratih Wijayanti,
2009).
Variabel behavioral
intention dan perceived credibility tidak diteliti karena kedua
variabel ini tidak memiliki hubungan yang terlalu besar atau tidak signifikan
(Sri Maharsi, 2007). Menuru Davis (1989), tujuan utama TAM adalah untuk
mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan,
sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna komputer. TAM merupakan salah satu
model penelitian yang digunakan untuk memprediksi adopsi teknologi informasi.
Davis (1989) adalah penemu pertama model tersebut, ia menggunakan model TAM
pada adopsi email system dan file editor di perusahaan IBM
Canada. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PEU dan PU memiliki korelasi
nyata dengan penggunaan kedua sistem tersebut (Gefan dan Straub, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, PEU dan PU merupakan persepsi yang
sangat penting dalam memperkirakan proses adopsi teknologi informasi oleh
individu maupun perusahaan. Davis hanya menyatakan bahwa PEU mempengaruhi
proses adopsi secara tidak langsung melalui PU karena PU lebih bersifat
instrumental yang mengakibatkan teknologi baru lebih bermanfaat.
Gefan dan Straub
(2000) sebagaimana yang dikutip oleh Ratih Wijayanti (2009) menyatakan bahwa
peranan PEU sebenarnya lebih kompleks dimana PEU mengukur penilaian easy of
use dan easy of learning dari pengguna teknologi informasi. Jadi,
PEU berkenaan dengan motivasi pengguna teknologi yang didasarkan pada
penelitian aspek intrinsik dari penggunaan teknologi tersebut, misalnya sebagai
penghubung (interface) dan proses dalam penggunaan teknologinya. Padahal
aspek ekstrinsik dari teknologi informasinya diketahui melalui PU. Dalam banyak
kasus, hal ini merupakan alasan mengapa teknologi baru diadopsi. Maka PU-lah
yang berpengaruh langsung terhadap teknologi informasi.
- Internet Banking
Berbicara internet banking tak lepas dari kata
internet. Internet merupakan sebuah kata yang sering didengar di dalam kehidupan
sehari-hari. Khususnya bagi seorang mahasiswa dan pelajar. Hal ini disebabkan
karena internet telah menjadi bagian dari hidup mahasiswa, pelajar bahkan
pegawai dengan berbagai manfaat yang telah dirasakannya. Semua itu dapat
terlihat dengan berdirinya beberapa warnet di beberapa kota. Hampir setiap
warnet tersebut dipenuhi oleh pelajar dan mahasiswa bahkan pegawai untuk
mencari informasi terkini di internet.
Dengan demikian keberadaan internet ini,
telah menjadikan hidup manusia lebih berarti bahkan dapat mempengaruhi pola
pikir dan tigkah laku manusia bahkan gaya hidup manusia. Oleh karenanya betapa
penting keberadaan internet tersebut untuk kehidupan mahasiswa, pelajar bahkan
pegawai. Sebab internet merupakan sarana komunikasi terkini yang siap memenuhi
kebutuhan mahasiswa, pelajar bahkan pegawai. Sudah saatnya memberi nilai tambah
bagi berbagai kepentingan dengan penggunaan jasa internet secara optimal
(Jasmadi, 2004:iv).
Internet adalah daya informasi yang
menjangkau seluruh dunia. Dimana satu komputer dengan komputer lain di dunia (word
wide) dapat saling berhubungan atau berkomunikasi. Untuk melakukan
komunikasi tersebut diperlikan bahasa protokol yang sama yaitu TCP/IP (Transmision
Control Protocol/Internet Protocol) fungsi dari TCP/IP ini adalah memberi
suatu alamat pada setiap komputer dalam bentuk nomor, sehingga masing-masing
komputer mempunyai identitas atau nama yang unik dan berlainan (Bachrul Ulum
Ruly, 2001:1-2).
Sehingga dapat dipahami bahwa internet
menjalin informasi global antar manusia atau pengguna internet di seluruh dunia
tanpa batas.
Pengertian internet banking itu sendiri lebih ditekankan ke aspek
distribusi layanan perbankan yang bisa diakses dari jauh, terutama melalui koneksi
internet. Berbagai layanan yang mencakup layanan informasi keuangan, informasi
produk dan jasa perbankan, pembukaan rekening, pembayaran tagihan, atau
pemindah bukuan, yang bisa dilakukan secara elektronik memang relatif
memanjakan dan menyenangkan kebutuhan nasabah. Penerapan internet banking di
Indonesia sendiri relatif belum berkembang pesat. Hal ini bisa dilihat dari
jumlah bank yang sudah menggunakan layanan e-banking yang sangat
sedikit, yaitu baru 6 dari 139 bank dengan jumlah nasabah penggu-nanya tercatat
sebanyak 147 500 orang. Itupun hanya digunakan oleh bank-bank besar. Walaupun
demikian, sebagai alter-natif baru dan inovatif dalam distribusi layanan
perbankan, internet banking tetap merupakan bahan kajian yang sangat penting
dan strategis (Budi Hermana, 2010:48-49).
Penerapan teknologi informasi di dunia perbankan bertujuan untuk
kece-patan dan ketepatan pengolahan dan penyediaan informasi, serta meingkatkan
pelayanan kepada para nasabah. Dalam operasional bank umum sekarang ini hampir
semua kegiatannya menggunakan teknologi informasi baik front end dan back
office serta sisi manajemen me-nengah maupun tingkat atas. Dengan
pemanfaatan sumber dana yang diterima dari masyarakat yang sangat besar harus
dilakukan penyaluran kembali ke masyarakat untuk memperoleh manfaat yang lebih
besar yang mendapatkan keun-tungan yang sebesar-besarnya memerlu-kan fasilitas
atau alat bantu dalam pengolahaan dana dan berbagai layanan jasa keuangan
terkait lainnya.
Peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia terkait dengan pengelolaan
atau manajemen risiko penyelenggaraan kegiatan internet banking adalah
Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko
Bagi Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/18/DPNP, tanggal 20 April
2004 tentang Penerapan Mana-jemen Risiko Pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank
Melalui Internet (Internet Banking). Jadi kunci utama dalam layanan e-banking
adalah pengelolaan resiko yang muara akhirnya adalah peningkatan kualitas
layanan kepada nasabah e-banking (Budi Hermana, 2010:49).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diketahui bahwa sikap
/ personalization (P) tidak berpengaruh terhadap internet banking service.
Bahwa layanan internet bank yang diberikan oleh bank ternyata tidak dipengaruhi
oleh sikap / personalization bank. Bank dalam memberikan layanan internet bank
untuk memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi dan mengantisipasi
persaingan serta memudahkan mereka dalam melakukan kegiatan perbankan
dibandingkan jika nasabah datang langsung kepada kantor cabang bank tersebut
yang terdekat.
Konstruk computer self
efficiency (CSE) berpengaruh terhadap terhadap internet banking service. Hasil
tersebut menyatakan bahwa penggunaan computer oleh nasabah mempengaruhi layanan
internet banking. Kemajuan teknologi dalam bidang informatika saat ini
menyebabkan manusia berusaha untuk memahami atau mempelajari computer. Dengan
penggunaan computer yang berbasis internet ini mereka dapat mengakses segala
kegiatan yang mereka inginkan, salah satunya adalah perbankan. Dengan adanya
penggunaan computer ini, maka layanan internet perbankan akan semakin mudah
digunakan.
Konstruk kepercayaan/trust
(T) tidak berpengaruh terhadap internet banking service. Hasil tersebut
menyatakan bahwa kepercayaan ternyata tidak mempengaruhi layanan internet bank.
Kepercayaan merupakan salah satu faktor yang menentukan pelayanan. Nasabah jika
melihat bahwa layanan internet banking yang diperoleh tidak dapat membuat
mereka percaya, maka layanan internet banking sebaik apapun tidak akan mereka
percaya.
Konstruk
behavioral intention (BI) berpengaruh terhadap internet banking service.
Perilaku nasabah dalam memanfaatkan layanan internet banking yang tinggi sangat
mempengaruhi layanan internet bank. Keinginan nasabah dalam memanfaatkan
layanan, menggunakan dalam transaksi dan mengetahui saldo ternyata mempengaruhi
layanan internet banking.
konstruk perceived
credibility (PC) berpengaruh terhadap internet banking service. Hasil tersebut
menyatakan bahwa kredibilitas data dalam internet banking ternyata mampu
mempengaruhi layanan internet banking. Kredibilitas layanan internet, kemudahan
dalam berkomunikasi dan sesuai dengan kepribadian nasabah sangat membuat
nasabah mempercayai layanan internet banking yang diberikan oleh bank. Nasabah
jika sudah merasa bahwa layanan internet banking yang diberikan sangat
kredibel, maka nasabah akan sering dalam menggunakan layanan internet banking
tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan
uaraian di atas, maka analisis proses adopsi teknologi informasi banyak Technology
Acceptance Model (TAM), yang
terdiri dari persepsi pengguna kemudahan dan persepsi pengguna terhadap
kegunaan. Responden nasabah pada Bank di Kabupaten Kudus. Hasil penelitian
adalah sebagai berikut: 1. Persepsi kemudahaan penggunaan (PEU) tidak berpengaruh
terhadap sikap / personalization (P) terhadadp internet banking. Hasil tersebut
menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak mempengaruhi sikap nasabah
dalam penggunaan internet banking. 2. Persepsi kemudahaan penggunaan (PEU) tidak berpengaruh
terhadap computer self efficiency (CSE) terhadap internet banking. Hasil
tersebut menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak mempengaruhi
penggunaan computer dalam internet banking. 3. Persepsi kemudahaan penggunaan (PEU)
tidak berpengaruh terhadap kepercayaan/trust (P) terhadap internet banking.
Hasil tersebut menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak
mempengaruhi kepercayaan nasabah dalam penggunaan internet banking. 4. Persepsi
kemudahaan penggunaan (PEU) berpengaruh terhadap behavioral intention (BI)
terhadadp internet banking. Hasil tersebut menyatakan
bahwa persepsi kemudahan penggunaan mempengaruhi behavioran intension nasabah
dalam penggunaan internet banking. 10. Persepsi kemudahaan penggunaan (PEU) berpengaruh terhadap persepsi kredibilitas
(PC) terhadap internet banking.
DAFTAR PUSTAKA
Hernama, Budi, “Pengukuran
Kualitas Layanan Internet Banking”, Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1, Volume
15, April 2010.
Jasmadi, Panduan Praktis
Menggunakan Fasilitas Internet, Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Maharani, Sri dan Fenny, “Analisa
faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan dan Pengaruh Kepercayaan terhadap
Loyalitas Pengguna Internet Banking di Surabaya”, Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Vol. 8, No. 1, Mei 2008.
Maharsi, Sri dan
Yuliani Mulyadi, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah Menggunakan
Internet Banking dengan Menggunakan Keranga Technology Acceptance Model (TAM)”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, Mei 2007.
Ruly, Ulum, Bachrul dan Rozaq,
Abdul, Belajar Praktis Internet, Jakarta: Dinastindo, 2001.
Tampubolon, Nelson, “Surat Edaran:
Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet (Internet
Banking) (online). August 24, 2005. diambil dari
http://www.bi.go.id/biweh/utama/peraturan/se-6-18604-apnp.pdf.
Wijayanti, Ratih, “Analisis Tecnology
Acceptance Model (TAM) terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Nasabah terhadap Layanan Internet Banking (Studi Empiris terhadap Nasabah Bank
di Depok)”, Jurusan Akuntansi, Univesitas Gunadarma, 2009.
0 komentar:
Post a Comment