MANAJEMEN SURAT
BERHARGA
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen
Keuangan
Dosen Pengampu :
Dr. Siti Amaroh, SE, M.Si
Disusun
Oleh :
Arif Alfianto 1320310088
M. Khairul Anwar 1320310098
M. Ali Imron 1320310106
M. Rafif Adhitya Putra 1320310114
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH
DAN EKONOMI ISLAM
MANAJEMEN BISNIS
SYARIAH
TAHUN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia perdagangan, pembayaran dengan uang tunai akan memiliki banyak risiko. Selain itu menjadi incaran orang jahat terhadap barang bawaan, juga akan menyulitkan saat membawa uang tersebut karena terlalu berat membawa uang tunai. Oleh karena itu, dalam dunia perdagangan, diperlukan bentuk pembayaran yang lebih mudah, lebih lancar, lebih mudah, dan lebih aman. Untuk memudahkan pembayaran dalam setiap transaksi, maka diperlukan surat-surat berharga yang bernilai uang dimana surat-surat tersebut telah diakui dan dilindungi hukum baik dalam transaksi perdagangan, pembayaran, penagihan, dan sejenisnya. Surat-surat tersebut mudah diperdagangkan karena menunjukkan suatu nilai tertentu yang dapat dialihkan dari tangan satu ke tangan lain. Surat berharga merupakan salah satu komponen yang berada dalam aktiva lancar. Komponen ini merupakan aktiva yang paling liquid bagi perusahaan.
Manager keuangan perlu mengelola kas dan surat berharga mengingat kedua komponen aktiva memiliki nilai strategis dalam hal yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Setiap penerimaan dan pengelolaan kas harus dilakukan secara baik. Artinya jangan sampai perusahaan kekurangan uang kas untuk melakukan berbagai keperluan pengeluaran perusahaan. Penempatan dana perusahaan dalam surat berharga juga penting guna mendukung aktiva usaha sekaligus memperoleh penghasilan berupa bunga atau tujuan lainnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian surat berharga/sekuritas?
2. Apa itu nilai waktu uang?
3. Apa saja jenis-jenis dari nilai majemuk?
4. Apa dasar pertimbangan investasi pada surat berharga?
5. Apa saja jenis-jenis risiko pada investasi surat berharga?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Surat Berharga atau Sekuritas
Kelebihan
pada kas saldo dapat digunakan untuk investasi yang memiliki kepastian tinggi.
Perusahaan dapat berinvestasi pada surat berharga (sekuritas) seperti
depopsito, saham, obligasi, dan lain-lainnya. Secara definitive, sekuritas (marketable security) merupakan
surat-surat berharga yang segera dapat dijual untuk memperoleh uang kas.
Terdapat beberapa alasan kenapa memilih investasi pada surat berharga. Pertama,
untuk menggunakan kelebihan dana sementara guna diinvestasikan dalam surat
berharga yang dijual oleh emiten
(perusahaan yang mengeluarkan saham). Kedua, untuk menjaga likuiditas
perusahaan dan memperoleh pendapatan dari investasi tersebut.[1]
Dari
pengertian di atas, surat berharga atau sekuritas dapat diartikan sebagai
sebuah dokumen yang bernilai uang yang telah diakui dan dilindungi oleh hukum
bagi keperluan transaksi perdagangan, pembayaran, penagihan tau sejenis
lainnya. Surat tersebut memberikan hak kepada pemegang yang bermanfaat bagi
yang menerima atau memilikinya. Maka dari itu, surat berharga begitu penting
dan nilainya sama dengan mata uang tunai.
Surat-surat
tersebut merupakan surat-surat order artinya surat ini menjanjikan sesuatu bila
ditunjukkan atau mengandung suatu perintah kepada pihak lain untuk memberikan
sesuatu yang dapat berupa barang, pembayaran sejumlah uang, atau pelaksanaan
suatu bentuk hak lain. Adanya surat berharga dimaksudkan agar mempermudah dalam
melakukan transaksi. Disamping itu fungsi yang terutama dari surat berharga
adalah sebagai surat legitimasi, karena surat-surat tersebut merupakan petunjuk
bagi pemegang surat yang dianggap sebagai orang yang melaksanakan atau
mempunyai hak tertentu.
2.
Nilai Waktu
Uang
Nilai
uang dapat berubah menurut waktu. Artinya, nilai uang hari ini lebih berharga
daripada nilai uang di masa mendatang pada harga nominal yang sama. Misalnya,
nilai 1000 hari ini, lebih berharga daripada nilai 1000 satu tahun mendatang.
Dengan demikian investor akan cenderung lebih memilih uang (kas) pada waktu
sekara dari pada uang pada waktu yang akan datang, meskipun nilai nominalny
sama. Nilai uang tersebut disebabkan oleh adanya berbagai faktor yang dapat
menurunkan nilai uang dalam waktu tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan
nilai uang menurun tersebut adalah :[2]
·
Inflasi, yaitu
kenaikan harga secara umum dalam ekonomi. Ketika harga naik, nilai uang
menurun, dan apabila harga mendatang diharapkan naik, maka nilai uang mendatang
akan turun dibandingkan nilai sekarang. Artinya, daya beli uang sekarang lebih
tunggu dari pada hari yang akan datang (esok) karena kenaikan harga akan
menurunkan nilai uang. Contohnya, jika harga naik 5% setahun, daya
terdepresiasi menjadi Rp 0,95 setahun kemudian.
·
Risiko, atau
merupakan ketidakpastian pada masa mendatang Risiko yang mengakibatkan
penurunan nilai uang. Karena masa depan yang tidak pasti, risiko pun bertambah
menurut waktu. Sebagian besar orang ingi menghindari risiko sehingga mereka
lebih menginginkan uang (kas) hari ini daripada uang (kas) di masa mendatang.
Tetapi tidak seorang pun dapat memprediksi risiko. Tak ada yang dapat menjamin
bahwa suatu perusahaan akan bertahan, tidak ada juga investor yang menjamin
bahwa suatu deviden atau harga saham akan berapresiasi. Sehingga semakin
bertambahnya ketidakpastian pada masa depan, maka semakin besar risiko, dan
nilai uang akan secara bersama-sama akan menurun.
·
Preferensi
likuiditas. Mengacu pada seberapa mudah aset dikonversikan menjadi kas. Kas,
obligasi pemerintah dan maketable securities lainnya (aset perusahaan yang
dijaminkan kepada pemberi pinjaman untuk memastikan pelunasa suatu pinjaman)
akan menambah likuiditas perusahaan. Dengan jumlah yang sama, aset tetap
seperti tanah dan peralatan tidak dipertimbangkan sangat asset yang likuid.
Investor memiliki preferensi likuiditas, yaitu lebih suka memegang uang kas
segera untuk keadaan yang tidak diharapkan dari pada menyimpan dan untuk
keuntungan pada waktu masa mendatang.
Dalam hal
perhitungan nilai waktu uang, kita harus dapat menghitung nilai uang pada saat
ini (present value) dan nilai uang yang akan diterima pada waktu mendatang
(future value) dengan rumus sebagai berikut :[3]
1.
Future Value (Nilai
Masa Depan)
FV = P(1+i)n
Keterangan
:
FV
= jumlah akhir atau jumlah dari P+i
P
= jumlah uang pada awal periode
atau model pokok
i = suku atau tingkat bunga
n = tahun ke-n
2.
Present Value
(Nilai Sekarang)
PV=V/(1+i)n
Keterangan
:
PV
= nilai sekarang dari jumlah penerimaan
P = jumlah uang pada awal periode atau modal
pokok
i = suku atau tingkat bunga
n = tahun
ke-n
Contoh soal
·
Kalau kita
mendepositokan uang Rp 1.000.000,00 saat ini, jumlah uang tersebut tiga bulan
lagi dengan tingkat bunga i = 20% adalah
Penyelesaian :
FV
= 1.000.000,00 x (1+(0,2/12))3
= 1.050.837,963
·
Apabila selama
tiga bulan yang akan datang, kita menerima uang Rp.1.000.000,00, setiap bulan,
dengan tingkat bunga 20% nilai sekarang adalah
Penyelesaian :
PV=(1.000.000/(1+(0,2/12))1+(1.000.000/(1+(0,2/12))2+(1.000.000/(1+(0,2/12))3
=2.902.709,919
·
Saat pensiun 5 tahun lagi, pak Bimo akan mendapatkan uang Rp. 5.000.000.000.
berapakah nilai uang Rp. 5.000.000.000 saat ini, dengan asumsi pemerintah mampu
mempertahankan inflasi satu digit, misal 8% per tahun?[4]
Penyelesaian :
Diketahui : FV = Rp. 5.000.000.000
i =
8% = 0,08
n = 5
Ditanyakan : PV?
Di jawab : PV = FV/(1+i)n
= Rp. 5.000.000.000
/ (1+0,08)5
= Rp. 5.000.000.000 / 1,46
= Rp 342.465.753
·
Ratna menyimpan uang sebesar Rp. 1.000.000 di Bank DKI dengahn
tingkat bunga 6% per tahunnya. Maka berapakah uang ratna ditahun ke-4?
Penyelesaian:
Diketahui: PV = Rp.
1.000.000
i =
6% = 0,06
n =
4
Ditanyakan: FV?
Di jawab: FV = PV (1+i)n
= Rp. 1.000.000 (1+0,06)4
= Rp. 1.000.000 (1,262)
= Rp. 1.262.000
3.
Nilai Majemuk
dan Jenisnya
Nilai
majemuk adalah (compound value) adalah suatu cara untuk menghitung nilai
pada akhir suatu periode di waktu yang akan datang tingkat bunga tertentu.
Jenis-jenis dari nilai majemuk terbagi menjadi 3 jenis, yakni sebagai berikut.
1.
Nilai Majemuk
Tahunan
Dalam hal ini bunga akan majemuk jika hasil yang diperoleh dari
simpanan pokok tidak diambil dan dibiarkan menyatu dengan simpanan pokoknya
pada periode berikutnya. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:[5]
Mn
= Mo (1 + i)n
Keterangan :
Mo = jumlah modal pada awal periode
Mn = jumlah modal pada akhir tahun ke-n
i = tingkat bunga per
tahun
n = jumlah periode pembungaan
Contoh soal :
Nona Rizka menyimpan uangnya di suatu bank sebesar Rp 1.000.000
selama 3 tahundengan tingkat bunga 12% per tahun. Berapaka jumlah uang yang
dimiliki Nona Rizka pada akhir tahun ketiga jika ia tidak pernah mengambil
bunga dari simpanannya?
Mn
= Rp 1.000.000 (1 + 0,12)3
= Rp 1.000.000 (1,4049)
= Rp 1.404.900
2.
Nilai Majemuk
Beberapa Kali Setahun
Merupakan perhitungan nilai majemuk
di mana bunga yang dibayarkan dilakukan beberapa kali dalam setahun (interyear
compounding). Misalnya pembayaran bunga dilakukan setiap 6 bulan sekali
sehingga dalam setahun ada 2 kali pembayaran bunga. Secara metematis dapat
dirumuskan sebagai berikut.[6]
Keterangan
Mo =
jumlah modal pada awal periode
Mn =
jumlah modal pada akhir tahun ke-n
i = tingkat bunga per
tahun
n = jumlah periode pembungaan
m = frekuensi pembayaran bunga per tahun
Contoh soal :
Nona Laksmi
menyimpan uangnya di suatu bank sebesar Rp 1.000.000 selama 3 tahun dengan
tingkat bunga 12% per tahun yang dibayarkan setiap 6 bulan sekali. Berapakah
jumlah uang yang dimiliki Nona Laksmi pada akhir tahun ketiga jika ia tidak
pernah mengambil bunga dari simpanannya!
3.
Nilai Majemuk
dari Anuitas
Anuitas (Anuity) merupakan sederetan pembayaran dengan
jumlah-jumlah yang sama selama beberapa periode tertentu, di mana pembayaran
tersebut dilakukan pada setiap akhir periode. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut.[7]
Keterangan :
MAn = nilai
majemuk anuitas pada akhir tahun ke-n
A = anuitas
i = tingkat bunga per
tahun
n = jumlah periode
pembungaan
Contoh soal :
Pamungkas menginginkan sebuah sepeda motor 5 tahun mendatang. Untuk
itu ia menyimpan uangnya sebesar Rp 2.000.000 setiap akhir tahun di suatu bank
dengan tingkat bunga 12% per tahun. Berapakah jumlah uang yang terkumpul pada
akhir tahun kelima?
4.
Dasar
Pertimbangan Investasi Pada Surat Berharga
Tujuan
investasi yang utama adalah setiap orang mengharapkan sesuatu yang lebih layak
di masa depan dari investasi yang dilakukannya, dengan kata lain mengharapkan
keuntungan dari invetasinya. Tujuan lainnya adalah untuk mengurangi tekanan
inflasi. Dalam akan melakukan investasi, harus beberapa pertimbangan yang
dipikirkan oleh seorang manajer keuangan. Dalam malakukan pertimbangan ini,
seorang manajer keuangan harus teliti dan berani dalam mengambil kebijakan
dengan memikirkan risiko-risiko yang akan dihadapi kedepannya, karena ini
menyangkut masa depan perusahaan yang di pegang olehnya
Ada
beberapa kriteria pemilihan sekuritas (khususnya sekuritas jangka pendek) dapat
dilihat dari berbagai macam pertimbangan, yaitu pertama, risiko keuangan (financial risk), risiko suku bunga ( interest rate risk), risiko likuiditas
(liquidity risk), risiko inflasi dan
tingkat keuntungan yang diharapkan. Pertimbangan-pertimbangan itu akan
menentukan besarnya dana yang akan ditanamkan dalam sekuritas (surat berharga)
jangka pendek. Perusahaan akan berusaha memperkecil risiko yang mungkin
dihadapi dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang maksimal.
Risiko
keuangan merupakan risiko tidak kembalinya dana yang diinvestasikan pada
sekuritas sesuai dengan yang diijinkan perusahaan. Apabila peminjam tidak dapat
mengembalikan dananya, maka perusahaan akan mengalami kesulitan likuiditas.
Risiko
likuiditas sekuritas merupakan cepat lambatnya sekuritas yang bersangkutan
dapat diperjual belikan. Sekuritas yang likuid berarti sekuritas tersebut cepat
laku terjual. Apabila suatu sekuritas tidak likuid, maka perusahaan atau pihak
yang memiliki sekuritas tersebut akan menurunkan harganya agar laku dijual.
Penurunan harga ini mengakibatkan keuntungan yang diperoleh akan berkurang atau
bahkan akan menderita kerugian jika penurunan harganya sampai melebihi harga
perolehannya.
Risiko inflasi
pada prinsipnya hampir sama dengan risiko tingkat bunga. Kita tahu bahwa antara
tingkat bunga dan inflasi memiliki hubungan yang erat. Tingkat suku bunga yang
tinggi mengakibatkan tingkat inflasi yang tinggi. Tingginya inflasi akan
menurunkan daya beli masyarakat. Risiko inflasi mengakibatkan pada risiko
penurunan daya beli.[8]
5.
Jenis- Jenis
Risiko Pada Investasi Surat Berharga
Jangka waktu
investasi sangat erat sekali hubungannya dengan risiko investasi. Jika kita
ingin berinvestasi pada deposito, maka kita akan mendapatkan hasil yang pasti
pada saat jatuh tempo dengan risiko yang relatif kecil dan mendapatkan
keuntungan yang juga kecil. Sedangkan jika kita ingin investasi jangka panjang,
maka keuntungan atau kerugian bisa terjadi jika hanya melihat pada jangka waktu
tyang relatif pendek. Sedangkan jika kita melakukannya dalam jangka waktu
investasi yang relatif panjang, maka hal ini dapat menekan fluktuasi
(ketidakstabilan) yang muncul pada jangka pendek. Berikut beberapa jenis risiko
dalam investasi yang mungkin timbul adalah sebagai berikut:[9]
1.
Risiko bisnis (buisnis
risk) merupakan risiko yang timbul akibat turunnya profiabilitas perusahaan
emiten.
2.
Risiko
likuiditas (liquidity risk) risiko ini berkaitan dengan kemampuan saham
yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
3.
Risiko tingkat
bunga (interest rate risk) merupakan risiko yang timbul akibat perubahan
tingkat bunga yang berlaku dipasar. Biasanya risiko ini berjalan berlawanan
dengan harga-harga intrumrn pasar modal.
4.
Risiko pasar (market
risk)merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang
berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomisn lain. Ketika
indeks pasar modal meningkat secara terus menerus selama jangka waktu tertentu,
tren yang meningkat ini disebut bull market. sebaliknya ketika pasar modal turun secara terus-menerus
selama jangka waktu tertuntu, tren ini disebut bear market. Kekuatan bull
market dan bear market ini cenderung memengaruhi semua saham secara sistematis
sehingga tingkat pengembalian pasar menjadi berfluktuasi.
5.
Risiko daya
beli (purchasing power risk) merupakan risiko yang timbul akibat
perubahan tingkat inflasi. Perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya
beli uang yang di iinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi
sehingga rill pendapatan menjadi lebih kecil.
6.
Risiko mata
uang (currency risk) merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh
perubahan nilai tukar mata uang domestik (misalnya rupiah) terhadap mata uang
negara lain (misalnya dolsr Amerika Serikat).
Risiko diatas
satu sama lain tidak saling berhubungan, tetapi dapat terjsdi secara bersamaan.
Risiko nomer 1 sampai dengan 2 termasuk risiko yang dpat dihindari (risiko
tidak sistematis) sedangkan risiko nomer 3 sampai dengan nomer 6 termasuk
risiko utama yang tidsk dapat dihindari (risiko sistematis).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut.
1.
Surat
berharga atau sekuritas dapat diartikan sebagai sebuah dokumen yang bernilai
uang yang telah diakui dan dilindungi oleh hukum bagi keperluan transaksi
perdagangan, pembayaran, penagihan tau sejenis lainnya.
2.
Nilai uang
dapat berubah menurut waktu. Artinya, nilai uang hari ini lebih berharga
daripada nilai uang di masa mendatang pada harga nominal yang sama. Dalam
perhitungannya, terbagi menjadi 2 yaitu nilai uang pada saat ini (present
value) dan nilai uang yang akan diterima pada waktu mendatang (future value).
3.
Jenis-jenis
dari nilai majemuk terbagi menjadi 3 jenis, yakni nilai majemuk tahunan, nilai
majemuk beberapa kali setahun, dan nilai majemuk dari anuitas.
4.
Yang menjadi
dasar pertimbangan investasi pada surat berharga adalah dengan melihat
risiko-risiko, seperti risiko
keuangan (financial risk), risiko
suku bunga ( interest rate risk),
risiko likuiditas (liquidity risk),
risiko inflasi.
5.
jenis risiko
dalam investasi yang mungkin timbul adalah Risiko bisnis (buisnis risk),
Risiko likuiditas (liquidity risk), Risiko tingkat bunga (interest
rate risk), Risiko pasar (market risk), Risiko daya beli (purchasing
power risk), dan Risiko mata uang (currency risk).
B.
Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami
sampaikan, semoga bermanfaat bagi pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang belum jelas. Kritik serta saran
dari pembaca sangat kami nantikan demi perbaikan makalah kami yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Amaroh,
Siti, 2008, Manajemen Keuangan, STAIN Kudus: Kudus.
D.Saragih,
Ferdinand, 2005, Dasar-Dasar Keuangan Bisnis Teori dan Aplikasi,
PT. Elex Media
Komputindo: Jakarta.
Halim,
Abdul, 2005, Analisis Investasi, Salemba Empat: Jakarta.
Winarsi,
Endang, dkk, 2011, Praktikum Manajemen Keuangan, Salemba Empat:
Jakarta.
Yamit,
Zulian, 2001, Manajemen Keuangan Ringkasan Teori dan Penyelesaian Soal,
Ekonisia: Yogyakarta.
[1]Siti Amaroh, Manajemen Keuangan, STAIN
Kudus, Kudus: 2008, hlm. 80-81
[2]
Ferdinand D. Saragih, Dasar-Dasar Keuangan Bisnis Teori dan Praktik,
PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, hlm., 35-36
[3] Endang
Winarsi, dkk, Praktikum Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta,
2011, 44-45
[4]
Zulian
Yamit, Manajemen Keuangan Ringkasan Teori dan Penyelesaian Soal,
Ekonisia, Yogyakarta, 2001, hlm., 168
[5] Abdul
Halim, Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta, 2005, hlm., 124-125
[6] Ibid,,
hlm., 125
[7] Ibid,
hal., 126
[9] Abdul
Halim, OP.Cit, hlm., 51-52
0 komentar:
Post a Comment