Blog yang diperuntukan untuk anak kuliah, terutama Mahasiswa Manajemen dan Ekonomi Syariah

Friday, 12 May 2017

Posted by Dian Prasetyo in | 08:28:00 No comments
MAKALAH

TEKNIK PENANGANAN RISIKO


  Disusun untuk Memenuhi Tugas
                                        Mata Kuliah             : Manajemen Risiko
                                        Dosen Pengampu     : Supriyono, S.Pd.I, MM.




 Disusun Oleh :
                                      M. Rafif Adhitya Putra                       1320310114
                                      Qoniatul Ummah                                1320310128               
                                      Nikmatul Azizah                                 1320310140                                                 

 



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

TAHUN 2016



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kematian seorang manusia tidak bisa di prediksi atau diketahui oleh manusia, terkecuali Allah SWT lah yang lebih tahu kapan, di mana, siapa, mengapa, bagaimana, Dia akan mengambil nyawa manusia sesuai kehendak-Nya. Kematian manusia dan risiko ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sebuah risiko yang juga tidak diketahui kapan, di mana, siapa, bagaimana, mengapa risiko itu terjadi.
Namun, ada perbedaannya yakni risiko dapat prediksi, ditanggulangi, diatasi, dengan berbagai metode dan teknik manajemen risiko, sedangkan kematian manusia adalah hanya Allah SWT yang lebih tahu. Dengan adanya teknik menangani risiko dapat memudah manajer dalam memprediksi kemungkinan risiko yang akan terjadi di dalam peusahaan, sehingga tidak menimbulkan polemik berkepanjangan yang bisa menimbulkan kekacauan di dalam perusahaan dalam usaha mencapai tujuan dan keuntungan yang diharapkan.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan lebih jelas mengenai teknik penanganan risiko di dalam perusahaan dengan metode kuantitatif.

B.     Rumusan Masalah
Dari pemaparan rumusan masalah diatas, penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Apa saja teknik penanganan risiko di dalam perusahaan?
2.      Bagaimana cara penanganan risiko di dalam perusahaan?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pendekatan Kualitatif
Metode analisis kualitatif (qualitative analysis method), yaitu  metode analisis risiko yang menggunakan tabulasi berdasarkan penilaian deskriptif (tinggi, sedang atau rendah). Berikut ini beberapa teknik penanganan risiko dalam metode kualitatif.
            Pendekatan Dua Langkah
Sesudah manajer risiko mengidentifikasikan dan mengukur kerugian potensial, maka ia harus menyiapkan suatu daftar penutupan asuransi yang dirasa paling jitu menutup kerugian ini. Penutupan dalam daftar itu dibagi dalam 3 golongan utama atas dasar keparahan kerugian yang ditutupnya. Kemudian manajer risiko meninjau kembali kontrak asuransi dalam setiap golongan untuk menetapkan yang mana diantara kerugian-kerugian ini yang mungkin lebih memuaskan ditangani dengan cara-cara lain dari asuransi.[1]
            Pendaftaran Sementara
Dalam langkah pertama, manajer risiko harus menetapkan : pertama, kombinasi penutupan asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap risiko yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan. Untuk penetapan ini pihak manajer risiko harus mengerti kontrak asuransi dan penetapan harga asuransi. Tujuannya adalahuntuk mengadakan perlindungan yang paling lengkap dengan biaya yang paling murah. Oleh karena itu tidak semua risiko bias diasuransikan maka dengan membuat daftar ini, manajer risiko akan lebih waspada bahwa  risiko seperti ini harus segera ditangani dengan cara lain bukan dengan asuransi.
Sesudah manajer risiko menetapkan kombinasi penutupan yang terbaik dan limit kebijaksanaan, maka ia membagi kontrak asuransi kedalam 3 golongan yaitu:
1.      Penutupan yang esensial (penutupan yang diwajibkan oleh undang-undang)
2.      Penutupan yang diinginkan
3.      Penutupan yang tersedia.
Membuat Daftar Yang Telah Diperbaiki
Setalah daftar sementara itu lengkap, mnajer risiko lalu meninjau kontrak-kontrak dalam asing-masing golongan untuk menetapkan yang mana diantara kerugian ini yang mungkin bisa ditangani lebih memuaskan dengan cara-cara lain. Sebagai contoh kontrak-kontrak yang keluar dari golongan yang esensial mungkin meliputi perlindungan terhadap:
1.      Kerugian yang bisa dipindahkan kepada pihak lain (bukan pihak asuransi) dengan biaya yang lebih murah dari premi asuransi.
2.      Kerugian yang bisa dicegah atau dikurangi sedemikian rupa sehingga tidak lagi merupakan kerugian yang parah.
3.      Kerugian yang terjadi demikian seringnya sehingga kerugian itu dapat diperkirakan dengan seksama. Dalam hal ini asuransi mandiri lebih menarik karena menghemat pengeluaran.[2]
B.     Pendekatan Kuantitatif
Metode analisis kuantitatif (quantitative analysis method), yaitu  metode analisis risiko yang menggunakan angka numerik untuk menyatakan dampak dan probabilitas.
Pemilihan metode yang akan dipakai untuk menangani risiko berdasarkan pendekatan ini dimulai dengan membuat sebuah tabel matrik "kerugian yang mungkin" yang memperlihatkan berbagai kemungkinan atau biaya yang harus dikeluarkan bagi setiap keputusan yang mungkin, dan bagi outcome yang mungkin. Kemudian harus dijelaskan secara persis atau sama tujuan yang hendak dicapai oleh pengambil keputusan yang bersangkutan.
Penerapan pendekatan ini sedikit terbatas, disebabkan oleh beberapa hambatan sebagai berikut:
1.      Data yang diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi
2.      Kemungkinan kurangnya pengalaman penggunaan cara ini.[3]
Walaupun adanya keterbatasan tersebut, pendekatan ini sangat bermanfaat dalam menetapkan sesuatu keputusan manajemen yang penting.
 Matrik Kerugian
Untuk menggambarkan konsep kerugian matrik kerugian anggaplah bahwa sebuah gedung yang dimilki oleh suatu perusahaan dihadapkan pada suatu kerugian karena kebakaran dan yang akan terjadi adalah kerugian total atau sama sekali tidak ada kerugian. Selanjutnya anggaplah bahawa manajer risiko harus memutuskan antara 3 perangkat tindakan yaitu :
1.      Untuk menanggung risiko.
2.      Untuk menanggung risiko serta menambah beberapa usaha pengamanan sehingga mengurangi kans suatu kebakaran.
3.      Untuk membeli perlindungan asuransi.
Matrik kerugian di bawah ini memperlihatkan kerugian bagi setiap keputusan dari ketiga kemungkinan tindakan dalam contoh ini, Kerugian-kerugian itu jatuh ke dalam dua kategori :
1.      Kerugian secara kebetulan yang akan terjadi hanya jika ada suatu kebakaran.
2.      Biaya yang akan timbul baik ada kebakaran maupun tidak ada kebakaran.

Kerugian secara kebetulan (accidental losses) ini dapat dibagi lagi ke dalam:
1.      Yang dapat diasuransikan.
2.      Yang tidak dapat diasuransikan.[4]
Sebagai contoh, dianggap bahwa kontrak asuransi yang dipertimbangkan ini merupakan paket yang luas yang melindungi perusahaan yang bersangkutan terhadap sebagian besar kerugian kebetulan, seperti biaya mengganti bangunan, penggunaan gedung yang bersangkutan, biaya memindahkan puing-puing dan tanggung jawab terhadap orang lain, seandainya manajer memutuskan untuk menanggung sendiri risiko seperti itu, yang diperkirakan meliputi total Rp. 200.000.000.-
Jika perusahaan yang bersangkutan menanggung sendiri risiko dan jika nanti suatu kebakaran terjadi, maka perusahaan itu juga akan menderita kerugian kebetulan, kerugian ini tidak akan ada bila perusahaan itu membeli asuransi. Kerugian ekstra ini merupakan salah satu jenis “kerugian kebetulan yang tidak diasuransikan”. Jenis lain kerugian yang tak diasuransikan merupakan kerugian-kerugian yang terjadi baik perusahaan yang bersangkutan menanggung sendiri risiko maupun membeli asuransi. Hanya jenis yang pertama sajalah yang dianggap akan terjadi dalam contoh ini dan terbatas pada pertambahan biaya kredit. Pertambahan biaya kredit ini disebabkan oleh tekanan lembaga pemberi pinjaman, bila perusahaan ini akan menanggung kerugian kebakaran sebesar Rp. 200.000.000,-. Biaya tambahan kredit ini diperkirakan akan menjadi Rp. 12.000.000,-.
Untuk menyederhanakan penyajian konstruksi matrik kerugian ini, cadangan tidak diadakan karena dalam suatu program penanggungan sendiri sebagian kerugian dan biaya tidak akan timbul dengan segera. Kegagalan untuk mengetahui adanya oppurtunity cost dari pada asuransi, maka terlihat bahwa pembelian asuransi lebih menguntungkan. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut, disarankan manajer risiko menggunakan nilai sekarang yang diharapkan baik untuk kerugian maupun untuk biaya.
Akan tetapi hal itu mengaggap bahwa manajer risiko tidak menilai jasa-jasa seperti asuransi, jika perusahaan memikul risiko yang bersangkutan, tetapi tidak terjadi kebakaran. Maka perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian sama sekali.
Jika perusahaan tersebut memilih memikul risiko ditambah dengan pealatan pengamanan yang baru, dan jika memang terjadi kebakaran, maka pengaruh atas kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan maupun yang tidak dapat diasuransikan tersebut tergantung sifat tindakan pengamanan tersebut. Dalam contoh ini dianggap yang akan dikurangi hanya probabilitas kebakaran, bukan keparahannya. Akibat kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan maupun yang tidak dapat diasuransikan tersebut dalam matrik terlihat sama besarnya, tetapi yang membedakannya yaitu biaya-biaya yang timbul dari tambahan pengamanan dianggap  Rp. 6000.000,- per tahun.
Jika usaha pengamanan dilakukan namun tidak terjadi kebakaran, maka kerugian yang timbul hanya berupa biaya usaha pengamanan itu.
Namun jika perusahaan membeli asuransi dan ternyata kemudian terjadi kebakaran, maka premi sejumlah Rp. 10.000.000,- disubtitusikan bagi kerugian yang dapat diasuransikan dan dapat dikendalikan itu. Biasanya sebagian kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan, sepperti berkurangnya kenyamanan atau kerugian penggunaan harta milik pribadi, akan tetap ada. Dalam contoh ini kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan yang diketahui hanya pertambahan biaya kredit yang tidak akan terjadi bila perusahaan yang bersangkutan membeli asuransi. Karena itu kerugian hanya berupa premi asuransi sebesar Rp. 10.000.000,-.
Jika asuransi dibeli dan tidak ada kebakaran terjadi, maka kerugian berupa premi asuransi Rp. 10.000.000,-.[5]
Keputusan
Outcome
Kebakaran
Tidak Ada Kebakaran
Menanggung Risiko
Kerugian yang dapat diasuransiakan
Kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan


Rp. 200.000.000,-



Rp.   12.000.000,-


-



-
Rp. 0,-
Menanggung risiko dan menambah peralatan pengamanan
Kerugian yang diasuransikan.
Kerugian yang tidak dapat diasuransikan.
Biaya peralatan pengamanan.

Rp. 200.000.000,-


Rp.   12.000.000,-

Rp.     6.000.000,-
Rp. 218.000.000,-

-


-
Biaya peralatan pengamanan






Rp. 6.000.000,-
Rp. 6.000.000,-
Membeli asuransi
Premi asuransi per tahun

Rp.   10.000.000,-
Premi asuransi

Rp. 10.000.000,-
                                                            Tabel.1.1
            Pengaruh pajak terhadap Keputusan
Sampai pada titik ini, uraian-uraian mengabaikan pengaruh pajak. Rumusnya adalah hasil pertambahan dari hasil Kerugian dikalikan dengan tarif pajak (%) dengan hasil biaya kredit yang dikalikan dengan tariff pajak (%) juga.
 Pada contoh berikutnya dimisalkan tarif pajak rata-rata 50% x Rp. 200.000.000.- sesudah pajak akan menjadi 50% x Rp. 200.000.000.- = Rp. 100.000.000.-, biaya kredit akan menjadi 50% x Rp. 12.000.000.- = Rp. 6.000.000.-. maka total kerugian sesudah pajak adalah Rp. 106.000.000.-
Keputusan
Outcome

Kebakaran
Tidak Terjadi Kebaran
Memikul risiko
Kerugian yang dapat diasuransikan.
Kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan.

Rp. 100.000.000,-

    Rp. 6.000.000,-
Rp. 106.000.000,-

-

-
-
Memikul risiko dengan menambah usaha pengamanan
Kerugian yang diasuransikan.
Kerugian yang tidak dapat diasuransikan.
Biaya usaha pengamanan.

Rp. 100.000.000,-

    Rp. 6.000.000,-
    Rp. 3.000.000,-
Rp. 109.000.000,-
-



    Rp. 3.000.000,-
    Rp. 3.000.000,-
Membeli asuransi
Premi asuransi.
    Rp. 5.000.000,-
    Rp. 5.000.000,-
                                                            Tabel.1.2[6]
            Peninjauan Metode Kecemasan
Dengan metode kecemasan, manajer risiko memilih keputusan yang dalam jangka waktu lama (long run) yang kan menghasilkan kerugian rata-rata per tahun yang paling rendah. Termasuk di dalam kerugian tersebut adalah suatu nilai yang dibebankan untuk menanggung kecemasan sebab dengan fluktuasi kerugian lebih dari tahun ke tahun.
Nilai ini sangat subyektif, tetapi bila kerugian-kerugian tersebut diharapkan akan menjadi tinggi dalam suatu tahun tertentu, bisa menyebabkan maslah-maslah keuangan yang besar bagi perusahaan tersebut.[7]
            Pengaruh Kecemasan dalam Menetapkan Keputusan
Kecemasan tentang kemungkinan terjadinya kerugian, sebelumnya tidak diperhitungkan sebagai biaya. Memang sangat sukar sekali menterjemahkannya ke dalam nilai sejumlah uang tertentu, akan tetapi mengabaikan biaya ini akan menjurus kepada keputusan yang kurang tepat. Nilai kecemasan tentu saja merupakan faktor yang sangat subyektif. Nilai tergantung atas distribusi probabilitas dari pada :
1.      Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi menurut perasaan pribadi manajer risiko yang bersangkutan.
2.      Risiko-risiko lain yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan.
3.      Tujuan manajemen risiko perusahaan yang bersangkutan.

Tujuan manajemen risiko akan mempengaruhi faktor kecemasan tersebut sebab :
1.      Tujuan manajemen risiko menentukan seberapa besar pentingnya kecemasan itu seharusnya ditempatkan pada kerugian potensial.
2.      Tujuan manajemen risiko mencerminkan sikap perusahaan yang bersangkutan terhadap risiko.
Kuatnya keinginan untuk mencapai kedamaian pikiran, atau bebas dari rasa cemas mencerminkan sikap sesuatu perusahaan terhadap risiko.
Contoh kecemasan yang timbul karena keputusan menanggung sendiri risiko, misalnya dinilai Rp. 4.000.000.-, kerugian potensial adalah Rp. 106.000.000.-. karna nilai kecemasan tersebut sama, baik pada Outcome kebakaran maupun pada outcome tidak terjadi kebakaran, maka Rp. 4.000.000.- mesti ditambahkan pada kedua outcome kebakaran dan tidak ada kebakaran. Kerugian total, termasuk nilai kecemasan.
Pada keputusan (2), nilai kecemasan berkurang menjadi Rp. 3.000.000.-, karena dengan anggapan kecemasan berkurang karena adanya tambahan pengamanan.
Akhirnya karena kerugian per tahun tidak berubah pada keputusan (3), maka nilai kecemasan pada keputusan membeli asuransi adalah nol. Karena itu nilai kerugian bagi keputusan membeli asuransi adalah sama dalam tabel 1.2 dan tabel 1.3.[8]
Keputusan
Outcome
                            Kebakaran
Tidak Terjadi
Kebakaran
Menaggung risiko
Kerugian yang dapat diasuransikan.
Kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan.
Kecemasan

Rp. 100.000.000.-


    Rp. 6.000.000.-
    Rp. 4.000.000.-
Rp. 110.000.000.-

-


-
        Rp. 4.000.000.-
        Rp. 4.000.000.-
Menanggung risiko usaha baru pengamanan
Kerugian yang tak dapat diasuransikan.
Kerugian kebetulan yang tak dapat diasuransikan.
Kecemasan.
Biaya ekstra keamanan.

Rp. 100.000.000.-


    Rp. 6.000.000.-
    Rp. 3.000.000,-
    Rp. 3.000.000,-
Rp. 112.000.000,-

-



         Rp. 3.000.000,-
         Rp. 3.000.000,-
         Rp. 6.000.000,-
Membeli asuransi
Premi asuransi
    Rp. 5.000.000,-
         Rp. 5.000.000,-
                                                            Tabel.1.3
            Obyektif dan Aturan Pengambilan Keputusan
Tidak mungkin untuk mempertimbangkan masing-masing obyektif yang mungkin yang akan dicapai manajer risiko dalam kasus ini, meskipun demikian beberapa obyektif yang umum kiranya sudah mencukupi untuk dibahas. Obyektif itu akan dibagi ke dalam kategori utama:
1.      Obyektif yang menganggap manejer risiko tidak dapat memperkirakan probablitas kerugian kebakaran.
2.      Obyektif yang menganggap manejer risik dapat memperkirakan probablitas kerugian tersebut.
1.      Jika probabilitas tidak dapat diperkirakan
Ada dua obyektif yang akan dipertimbangkan yang termasuk kedalam kategori ini. Meminimumkan kerugian potensial yang maksimum selama periode yang bersangkutan (Minimax)
Manejer risiko dengan obyektif mengambil keputusan untuk melindungi perusahaan terhadap kerugian yang paling buruk yang mungkin terjadi yaitu dengan membeli asuransi. Meminimumkan kerugian potensial yang minimum selama periode yang bersangkutan (Minimin)
Dengan obyektif manejer risiko menginginkan kerugian yang paling rendah yang mungkin terjadi tanpa memilih outcomenya. Kerugian paling kecil terjadi pada outcome “tidak terjadi kebakaran” dan terlihat bahwa kerugian paling kecil itu adalah pada keputusan No. 1 yaitu menanggung sendiri risiko, maka manejer cendrung tidak membeli asuransi.
2.      Probabilitas dapat diperkirakan
Tujuan yang bersifat minimax dan minmin sebetulnya faedahnya hanya sedikit bagi manejer risiko. Dengan menganut obyektif tersebut, manejer yang minimixer cendrung memacu pada pembelian asuransi, sementara yang miniminer cendrung tidak membeli asuransi. Mereka telah mengabaikan informasi tentang distribusi probabilitas dari pada outcome.
Jika kita misalkan manejer risiko memperkirakan kans kerugian adalah 3/100 tanpa sesuatu tambahan pengamanan dan kans 1/100 dengan pengusulan tambahan usaha pengamanan yang baru. Dengan tambahan informasi baru ini, maka timbul pula tambahan dua obyektif sebagai berikut:
a.       Meminimumkan kerugian yang berkenaan dengan out-come yang paling mungkin
Meskipun tidak terlalu berfaedah, obyektif ini memberi perigatan karena sebagian orang mungkin mempertimbangkannya layak. Jika manejer risiko percaya bahwa kebakaran “lebih mungkin” dari tidak terjadi kebakaran maka mereka seharusnya membeli asuransi, namun di kehidupan nyata masih ada yang menentang asuransi sebab dalam kasus seperti ini kemungkinan kerugian lebih kebanyakan yang diasuransikan, kurang dari setengah, namun konsekuensinya bisa drastis jika kerugian terjadi.
b.      Meminimumkan kerugian-harapan selama periode kebijaksanaan itu.
Manajer risiko yang meminimumkan kerugian harapan dalam jangka waktu yang panjang akan mempunyai kerugian rata-rata yang terkecil.[9]
Dalam kasus, kerugian harapan untuk masing-masing keputusan adalah sebagai berikut:
1.      Menanggung risiko
3/100 (Rp. 110.000.-) + 97/100 (Rp. 4.000.-) = Rp. 7.180.-
2.      Menanggung risiko plus tambahan pengamanan
1/100 (Rp. 110.000.-) + 97/100 (Rp. 4.000.-) = Rp. 7.180.-
3.      Membeli asuransi
3/100 (Rp. 5.000.-) + 99/100 (Rp. 5.000.-) = Rp. 5.000.-
Dalam situasi ini manejer risiko sebaiknya membeli asuransi, karena keputusan ini dalam jangka waktu yang lama akan menghasilkan kerugian harapan yang paling rendah, hanya jika ia memperkirakan ditribusi probabilitas dan nilai kecemasan secara tepat.
            Mengapa Seseorang membeli Asuransi
Sebagaimana sudah dijelaskan dalam menetapkan premi, pihak asuransi akan membebankan biaya yang bersifat prospektif. Pertama, penanggung menghitung kerugian harapan rata-rata dialami pihak tertanggung yang kualitas dan kuantitasnya sama. Kepada perkiraan kerugian yang diharapkan itu penanggung menambah sejumlah beban untuk biaya operasi, laba dan cadangan. Karena itu sebelum seseorang membeli asuransi, mereka harus memahami, bahwa mereka akan membayar jumlah premi yang lebih besar dari jumlah kerugian potensial yang mereka alami. Kenapa mereka mau membeli perlindungan asuransi walau mereka tahu biayanya lebih mahal.
Faktor yang mendorong orang membeli asuransi :
1.      Ingin membuang kecemasan akibat fluktuasi dalam kerugian kebetulan.
2.      Menanggung sendiri kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan mungkin akan menimbulkan kerugian kebetulan yang tak dapat diasuransikan.
3.      Mungkin faktor pajak menyebabkan membeli asuransi lebih menguntungkan
4.      Perkiraan kerugian yang dihitung sendiri lebih besar dari perkiraan pihak asuransi.
5.      Nilai service yang disediakan pihak asuransi, seperti inspeksi keselamatan, penyesuaian kerugian dan sebagainya.[10]

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Metode analisis kualitatif (qualitative analysis method), yaitu  metode analisis risiko yang menggunakan tabulasi berdasarkan penilaian deskriptif (tinggi, sedang atau rendah). Berikut ini beberapa teknik penanganan risiko dalam metode kualitatif.
1.      Pendekatan dua langkah
2.      Pendaftaran sementara
3.      Membuat daftar yang telah diperbaiki.
Metode analisis kuantitatif (quantitative analysis method), yaitu  metode analisis risiko yang menggunakan angka numerik untuk menyatakan dampak dan probabilitas. Berikut ini beberapa teknik penanganan risiko dalam metode kuantitatif.
1.      Matrik kerugian
2.      Metode kecemasan
B.     Penutup
Demikianlah makalah yang dapat penulis susun, semoga dapat menambah wawasan khazanah keilmuan bagi kita. Penulis sadar makalah yang ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami nantikan demi perbaikan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Herman, 2006, Manajemen risiko, Jakarta: Bumi Aksara.




[1] Herman Darmawi, Manajemen risiko, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm.,126
[2] Ibid, hlm., 127-128
[3] Ibid, hlm., 132
[4] Ibid, hlm., 133
[5] Ibid, hlm., 133-135
[6] Ibid, hlm., 136-137
[7] Ibid, hlm., 152
[8] Ibid, hlm., 137-140
[9] Ibid, hlm., 140-143
[10] Ibid, hlm., 149-150

0 komentar:

Post a Comment

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter